I. Pendahuluan

Dari semua hal yang ada pada surat pertama kepada jemaat di Korintus ini menjadi jelas bahwa ada suatu polemik melawan gnostikisme[3]. Karena itu “kelompok” disini harus diartikan dalam pengertian gnostik. Dan, sebenarnya di Korintus tidak terdapat empat kelompok, melainkan dua, yaitu kaum gnostik dan orang-orang Kristen, yang ingin tetap melihat kepada guru-guru mereka. Kaum gnostik, yang ingin langsung melihat kepada Kristus, memandang rendah mereka yang berhubungan secara tidak langsung—artinya, melalui guru-guru mereka—dan mencoba menguasai mereka. Karena alasan inilah maka Paulus mempertentangkan gambarannya sendiri terhadap sikap sombong yang telah muncul di Korintus ini serta berbicara tentang kelemahan, kerendahan hati, kelaparan dan kehausan (4:6-13), agar dengan demikian ia dapat menarik kembali orang-orang Korintus kepada Injilnya. [4]
Dalam bagian utama yang kedua (5:1-17:20) Paulus menghadapi berbagai skandal di gereja. Disini ia menyinggung sejumlah masalah: kasus pelanggaran susila yang serius di Korintus (5:1-3), pemakaian pengadilan sipil yang kafir untuk menyelesaikan perkara hukum (6:1-11), dan suatu peringatan terhadap hubungan dengan pelacur (6:12-20). Hal-hal ini sebagian besar kemungkinan berkaitan dengan ajaran sehat yang telah diperkenalkan itu. [5]
Orang-orang Korintus amat mengagungkan gnosis (pengetahuan) dan pemikiran Roh, dan dari sini mereka memperoleh kebebasan mereka,yang mereka gunakan dalam pelbagai cara: berhubungan dengan pelacur (6:13, dyb), ikut serta dalam penyembahan kepada berhala (8:1,dyb; 10:23,dyb) dan tidak mengacuhkan keberatan-keberatan dari saudara-saudara yang lemah. [6]
Surat Paulus kepada jemaat di Korintus dengan bagus dan tepat menyoroti watak dan semangat Paulus, tetapi juga menyajikan suatu ajaran yang penting sekali. Di dalamnya ditemukan, khususnya dalam 1 Korintus, informasi dan keputusan-keputusan mengenai beberapa soal yang membingungkan jemaat Kristen purba dan tentang cara hidup jemaat itu, baik sehubungan dengan keadaan umat sendiri, seperti kemurnian akhlak, 1 Korintus 5:1-13; 6:12-20. [7]
Untuk penafsiran (hermeneutika) ada empat prinsip utama dalam menafsirkan Alkitab, yaitu: [8]
1. Penafsiran secara wajar. Alkitab harus ditafsirkan secara wajar (Ing. Historico-grammatical method, yakni metode berdasarkan sejarah dan tata bahasa). Menurut prinsip ini, yang terpenting dalam tafsiran suatu ayat atau perikop adalah arti wajarnya. “Yang wajar” harus dibedakan dengan “yang harfiah”, yaitu cara baku yang tidak memperhatikan kiasan, metafora, gaya sastra dan lain lain. Alkitab harus ditafsirkan: (a) menurut arti aslinya, (b) menurut bentuk sastranya, (c) menurut konteksnya.
2. Penafsiran menurut Kitab Suci. Persoalan mengenai pengertian yang sebenarnya dan selengkapnya dari suatu bagian Alkitab, maka kejelesan harus dicari melalui bagian-bagian lain yang berbicara dengan lebih jelas. Alkitab harus ditafsirkan: (a) menurut tujuan Alkitab, (b) berdasarkan penjelasan dari bagian lain yang temanya sama, (c) berdasarkan penjelasan yang datang kemudian dan lebih lengkap.
3. Penafsiran oleh Roh. Alkitab hanya dapat ditafsirkan dengan bantuan Roh Kudus. Pengertian sejati tidak mungkin bagi kita secara alami, tetapi merupakan pemberian Allah (Matius 11:25;16:17) melalui RohNya (Yohannes 16:13). Prinsip ini mengandung tantangan spiritual yang mendalam. Roh Allah adalah kudus; karena itu, apa yang dimengerti oleh seseorang dari kebenaranNya tidak hanya berhubungan dengan daya pikir saja, tetapi terlebih dengan ketaatannya.
4. Penafsiran secara dinamis. Penafsiran Alkitab tidak terbatas hanya pada dari tambang kebenaran abadi Allah harus diangkat ke permukaan dan dipergunakan. Pertama, menanyakan maknanya pada masanya serta dalam konteksnya sendiri dan apa maksudnya dalam konteks seluruh Alkitab. Kemudian bertanya, apa maknanya firman itu sekarang, pada saat ini, disini, dalam kehidupan jemaat, bagi orang itu, atau bagi diri sendiri.
II. Tafsiran 1 Korintus 6:12-20
Dalam bab 5, Paulus membicarakan hal immoralitas (kesusilaan) yang tertentu. Sekarang Paulus kembali kepada dasar-dasar asasi, dan secara sambilan ia memberi ajaran tentang tubuh. Karena ditebus oleh kurban Kristus (ayat 20) dan didiami oleh Roh (ayat 19), maka tubuh orang Kristen mewujudkan sebagian dari tubuh Kristus, yaitu jemaat (ayat 15); sesudah mati tubuh itu akan dibangkitkan (ayat 14) dan dengan cara demikian meneruskan maksud tujuan Allah.
Ayat 12 menuliskan: Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. Segala sesuatu, barang kali suatu semboyan umum (diulang dalam 10:23), yang dipakai oleh orang Korintus untuk membenarkan tingkah laku mereka yang kecil. Semboyan ini perlu diberi keterangan dengan berhati-hati (bnd. 1 Petrus 2:16). Kebebasan bukan berarti mendapat izin untuk segala sesuatu. Berguna, yaitu bagi menyerupai Kristus. Hanya perbuatan yang dilakukan karena kasihlah yang membangun (bnd.8:1). Orang dapat menggunakan kebebasan sedemikian rupa hingga ia menjadi diperbudak oleh nafsunya (bnd. 2 Petrus 2:19; Galatia 5:1,13). [9]
Kata “segala sesuatu” dalam Kitab Yunani adalah panta (versi lainnya: pasaV, pasin) segalanya (all), dalam segala hal (in-all-things), segala hal (all things[10]). Hal ini menunjukkan bahwa adanya satu kesatuan dari perbuatan atau hal-hal, bila dibandingkan dengan pernyataan Paulus tersebut.
Kata segala sesuatu halal bagiku, ini kiranya suatu ucapan Paulus yang disalahgunakan oleh sementara orang Korintus yang menganggap dirinya bebas terhadap segala aturan. [11] Dari pendahuluan diatas telah dikemukakan bahwa orang-orang Korintus banyak melakukan tindakan amoral dan ingin bebas dari aturan apa pun sekalipun telah menganut ajaran Kristus, yang bertolak belakang dengan segala kedagingan.
Ayat 13 menuliskan makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh ( Meats for belly, and the belly for meats: but God shall destroy both it and them. Now the body is not for fornication, but for the Lord; and the Lord for the body). Makanan adalah untuk perut, barangkali suatu semboyan yang lain. Perbandingan yang terkandung di dalamnya ialah bahwa seks adalah hal yang kodrati, yang fana, sama seperti makanan. Paulus menjawab bahwa Allah bukan membuat tubuh untuk percabulan atau untuk memberi kepuasan seksual, seperti halnya Ia memberikan perut untuk makanan belaka. Bagi Paulus, tubuh memiliki arti yang lebih mulia daripada hal-hal yang jasmani saja. Seluruh kepribadian tercakup di dalam tubuh itu. Seperti halnya menuntut makanan bagi tugasnya yang patut, demikianlah “tubuh” menuntut Tuhan untuk memenuhi maksud yang dikehendaki Allah baginya, yaitu pelayanan dan pengorbanan (bnd. Filipi 1:20; Ibrani 10:5) dan dapat mendapatkan kepuasan yang sebenarnya hanya di dalam Dia (Yohannes 6:54). [12]
Dalam ayat 13 ini, Paulus melawan pendapat bahwa percabulan adalah sebuah kebutuhan alamiah sama seperti makan-minum. Paulus menandaskan bahwa kebutuhan makan-minum terkait pada dunia ini, sehingga akan lenyap bersama dengannya ( ayat 13, tetapi bnd.10:31), sedangkan hidup seksual menyangkut persekutuan dengan Kristus, sehingga harus sesuai dengan orang yang menjadi anggota Kristus, diterangkan ayat 15-17; bnd.Efesus 5:21-33. [13]
Kata percabulan itu dituliskan dalam Kitab Yunani adalah porneia (variannya: porneusanteV yang berarti melakukan pelacuran). Ini menegaskan penyataan-pernyataan diatas, bahwa orang-orang Korintus telah menyalahgunakan atau salah tafsir dengan aturan-aturan Kristen. Mereka melakukan kedagingan yang telah jelas dibenci Tuhan,yakni pelacuran.
Ayat 14 menuliskan Allah, yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasaNya (And God hath both raised up the Lord, and will also raise up by His own power). Kebangkitan Tuhan dan kebangkitan orang Kristen berhubungan erat sekali (bnd. 1 Korintus 15:20; Roma 8:11; Filipi 3:21). Tubuh jasmani sekarang ini harus dinilai dan dipakai secara wajar (bnd. 2 Korintus 5:10). Sebagai tubuh yang sudah dibangkitkan (bnd. 15:35) tubuh itu masih akan diperlukan bagi maksud-maksud Allah. [14]
Kisah kebangkitan Tuhan diulas secara singkat, dengan menyinggung penyalahgunaan kebebasan yang dilakukan jemaat Korintus. Dengan kematian terhadap kedagingan sebagaimana maksud dari kebangkitan manusia, maka Allah membersihkan segala dosa dengan mengikuti aturan dan ajaran Kristus.
Ayat 15 menuliskan tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak! (Know ye not that your bodies are the members of Christ? Shall I then take the members of Christ, and make them the members of an harlot? God forbid). Anggota Kristus dijelaskan, dalam 12:12-13;Roma 12:5: Efesus 5:23; Kolose 1:18 Paulus memperkembangkan gagasan tentang orang Kristen sebagai tubuh Kristus. Kuambil, yaitu dari Tuhan-nya dan pemakaiannya.[15]
Secara harfiah kata oidate bermakna memperingatkan, menyadari (ye-have-perceived[16]). Ini jelas menunjukkan dari kata tidak tahukah yang bermaksud mengingatkan mereka kembali akan kebenaran ajaran Kristus. Dan, kata percabulan dalam terjemahan bahasa Inggris adalah harlot[17] menunjukkan perempuan sundal, yang bermakna negatif terhadap perilaku orang Korintus.
Ayat 16-17 menuliskan atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikat dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia? Sebab, demikianlah kata nas: “Keduanya akan menjadi satu daging”. Tetapi siapa yang mengingkatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu ro dengan Dia (What? Know ye that he which is joined to an harlot is one body? For two, saith he, shall be one flesh). Ayat ini memperbandingkan antara yang buruk dengan ajaran Kristus yang sebenarnya. Perbandingan ini mengingatkan jemaat supaya tidak mengikatkan diri dengan perhambaan dan immoralitas kehidupan.
Ayat 18 menuliskan jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri (Flee fornication. Every sin that a man doeth is without the body; but he that committeth fornication sinneth against his own body). Jauhkanlah dirimu dari percabulan, maksudnya sikap dan reaksi yang tetap, yang terus menerus (bnd.10:14; 1 Tesalonika 4:3). Mencela saja belum cukup; yang dituntut ialah perbuatan menghindarinya. Setiap dosa lain terhadap tubuh (umpama kerakusan, mabuk), menggunakan apa yang datang dari luar tubuh. Kegemaran seksual timbul dari dalam. Yang lain itu jahat dalam ekses-eksesnya. Tapi ini adalah jahat dalam dirinya sendiri. Terhadap dirinya sendiri, hal terhadap tubuhnya, yaitu kepribadiannya. [18]
Bila dilihat dari perilaku orang-orang Korintus bahwa dapat dipahami bahwa jemaat terikut arus dengan percabulan-pelacuran yang terjadi di Korintus, sehingga Paulus dengan keras mengutuk karena adanya pelacuran bakti dan penyalahgunaan hak perkawinan.
Seperti dalam bab 5 dari 1 Korintus telah dibicarakan perbuatan-perbuatan anggota jemaat di Korintus yang makin kurang senonoh. Moral dan kesusilaan waktu itu mundur sekali. Lebih-lebih hukum ketujuh sangat banyak dilanggar. Perbuatan demikian menurut orang Korintus dibiarkan saja, tidak ada orang yang menyalahkannya. Paulus menasehatkan supaya orang yang berbuat demikian “diserahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasalah tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan”. [19]
Ayat 19 menuliskan atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah—dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?(What? Know ye not that your body is the temple of the Holy Ghost which is in you, which ye have of God, and ye are not your down?). Tidak tahukah kamu, dalam bab ini sudah enam kali diucapkan.[20] Berulang-ulangnya kata tersebut diucapkan Paulus, supaya mengingatkan jemaat Korintus akan kebenaran ajaran Kristus yang benar, tidak menyalahgunakan kemerdekaan kristiani yang telah diperoleh.
Bait Roh Kudus, setiap orang Kristen adalah tempat kediaman Roh Kudus, yang tidak hanya memperhatikan jiwa orang saja. Dari Allah, karena bait itu adalah milik Allah, maka orang Kristen tidak bebas merdeka. [21] Perlambangan Bait Roh Kudus tersebut, dapat dilihat disaat Yesus menyucikan Bait Suci di Yerusalem (Yohannes 2:13-15, Matius 21:12-13, Markus 11:15-17, Lukas 19:45-46), Yesus begitu marah apabila Bait Suci dikotori dengan hal-hal najis. Maka, dapat disimpulkan bahwa bait Roh Kudus pada ayat 1 Korintus tersebut menekankan supaya pemeliharaan tubuh sesuai dengan penyucian terhadap Bait Suci (seperti bangsa Israel harus menyucikan diri sebelum masuk ke Kemah Suci: Bilangan 19:1-22; pengudusan diri bnd.Imamat 19:1-37;20:1-27).
Ayat 20 menuliskan sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! (For ye are bought with a price therefore glorify God in your body, and in your spirit, which are God’s). Kata “dibeli”, menunjukkan kepada perbuatan Kristus, satu kali untuk semua dan yang paling menentukan, yang terjadi di salib (bnd.7:22-24; 2 Petrus 2:11). Bahasanya memantulkan suatu kebiasaan pada waktu itu. Dengan membayar harga kemerdekaan dalam sebuah kuil, seorang budak menjadi milik dewa itu; tapi sekarang masyarakat memandangnya sebagai bebas merdeka. Pembebasan kita oleh Kristus dari perbudakan dosa bukanlah khayalan yang saleh seperti itu, melainkan dengan harga kurbanNya (1 Petrus 1:18,19; Galatia 5:1; Titus 2:14). Dan, muliakanlah Allah, tapi bukan hanya menahan diri dari percabulan, karena tubuhmu, yaitu seluruh pribadimu harus dipakai secara positif dalam pelayanan Kristen (bnd.Roma 12:1).[22]
III. Penutup
Surat pertama Paulus kepada jemaat Korintus mengingatkan kita akan dosa dan perbuatan yang tidak senonoh, yang menurunkan derajat kemanusiaan kita dalam hidup kekristenan.
Paulus dengan sangat keras menentang segala perbudakan rohaniah, padahal telah mendapat kemerdekaan dalam Kristus. Tubuh harus dijaga dari segala bentuk penajisan diri, karena tubuh adalah bait Roh Kudus yang memekarkan benih kehidupan surgawi yang telah kita terima dari Kristus. Melalui penebusan Kristus, kita telah dibayar dan dibeli dari perbudakan dosa yang telah menyengsarakan kita, dan diambil dari kematian dosa. Inilah penegasan Paulus bukan hanya dalam konteks jemaat Korintus melainkan bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar