Masalah hidup tidak mengenal batasan kebangsaaan,suku, umur, jenis kelamin , status sosial atau keyakinan agama. Ada satu kebutuhan universal manusia untuk memiliki identitas dan nilai diri yang jelas, mengetahui arti dan tujuan hidup,keprihatinan akan isu – isu perkembanga diri di mulai dari lahirnya seorang bayi sampai lanjut usia, bahkan pertanyaan tentang kematian, semua ini menjadi bagian dari pengalam hidup manusia yang sering menyebabkan krisis dan masalah.
Di samping itu ada krisis krisi bencana Alam, kehancuran ekonomi,masalah masalah sosial, seperti kenakalan kenakalan remaja yang sedang berlangsung di indonesia beberapa waktu ini.
Merujuk kepada hal tersebut diatas baru baru ini di bali beredar di youtube sebuah kisah yang baru tereksepos beberapa minggu bahkan hampir sebulan belakangan ini dimana seorang wanita ABG (anak baru gede ) di keroyok oleh sesama Abg, berita ini sempat juga di tayangkan di televisi swasta yang ada di tanah air, berikut jejak rekam kejadian di video yang coba di gambarkan berikut ini :
Dalam video yang berdurasi 5 menit 37 detik, mereka terdiri sekitar tujuh remaja ABG ( Anak Baru Gede ) termasuk perempuan yang mengambil gambar. Usia mereka tergolong masih muda, sekitar 15 – 19 tahun. Mereka tengah berkumpul dalam sebuah tempat yang jauh dari pemukiman warga. Awalnya sekilas mereka seperti ngobrol santai layaknya antar teman akrab. Tiba – tiba tanpa sebab jelas, acungan jari telunjuk dan hardikan terlihat. Seorang perempuan kaos abu – abu nampak duduk menghadap kesamping diatas motor, di belakangnya berlatar dinding tembok bangunan berhiaskan coretan jejak vandalism.
Si juru rekam sesekali berbicara sembari mengarahkan kameranya ke samping kiri. Ia menyapa teman lainnya yang juga dalam posisi duduk dari atas motor bertuliskan Honda pada bagian depan, ” Gek diyah..ha..ha..ha “, Sapanya. Lalu dibalas dengan respon membuang muka sambil menghalangi wajah menggunakan tangan, seelah mencoba menghindar dari bidikan kamera temannya.
Gelagat aksi amarah dalam kelompok kecil jelas ditujukan terhadap temannya yang berdiri persis membelakangi kamera. Tidak jelas apa sesunguhnya pemicu dari kemarahan mereka sampai dilampiaskan kepada perempuan berkaos ungu berparas cantik ini. Bermacam – macam makian berlogat bali serta merta menghujamnya. Sesekali ia hanya membalas aksi temannya dengan kata memelas sebagai wujud pembelaan diri. Tidak nampak perlawanan fisik yang terlihat menonjol ditujukan untuk kelompok perempuan tersebut. Ia jelas menjadi korban aniaya beragam cara , mulai menjambak rambut, memukul, mendorong bahkan salah satu temannya yang bertubuh tambun mengayunkan tendangan ke bagian bawah.Tak cukup sampai disana, pakaian serta celana korban di gunting hingga nyaris telanjang.
Nampak jelas bagian pakaian dalam yang ia gunakan saat itu. Pada adegan ini posisi kamera menghadap miring, sehingga gambar nampak setengah terbalik. Belum puas sampai disana, salah seorang dari mereka kembali berupaya melampiaskan kekesalan dengan memotong bagian helai rambut yang panjangnya lebih dari sebahu.” Masih mending rambut dari pada nyawamu“, cetus dari seorang teman. Tangisan serta permohonan ampun seakan tak terhirauakan. Kata – kata kasar terlontar satu persatu dari kelompok si penyerang. Akhirnya korban tersungkur tak berdaya ke tanah akibat terdorong oleh salah satu perempuan.
Di menit ke 4 detik ke 58 adegan terdegar sepi, sesaat setelah korban tersungkur , sekejap tak terdengar suara amarah. Korban sepertinya telah terdesak dan tak berdaya dalam posisi miring di tanah yang keras sambil menangis sesegukan, kalimat minta tolong pun perlahan keluar dari bibir manisnya, ” ibu tolooong bu…baju saya di robek buuu.. “. Sejurus kemudian kelompok penganiaya langsung naik motor melancarkan aksi kaki seribu. Hasil akhir gambar, kamera hanya menampilkan beberapa bagian sekeliling bangunan yang kian semakin menjauh meninggalkan korban seorang diri.
Bilamana peristiwa semacam ini terjadi di Bali sungguh sangat disayangkan. Betapa buruk nilai moral yang dimiliki anak bangsa. Sering kali kita mendengar radikalisme tumbuh akibat merosotnya nilai-nilai ketuhanan pada diri manusia. Maka idealnya hubungan manusia dengan Tuhan dan antar sesama semestinya selaras demi terwujudnya Ajeg Bali ( dalam Perspective Theologis Kristen)
Ada beberapa hal yang ingin saya bagikan berhubungan dengan kasus ini, radikalisme di kalangan anak muda kita saya ingin membahasnya dari dua sudut pandang dan perspective
Perspespektif yang pertama saya namakan
1 . Kutub Spritualitas
Meskipun yang terlibat saya belum tahu pasti dia beragama Kristen atau bukan tetapi Peran dan fungsi serta keteladanan ( TUPOS ) kepemimpinan pemimpin yang berada dalam ranah ini bisa di tuntut pertanggungjawaban atas keradikalan anak anak muda terlebih lagi semuanya putri yang bagi kita orang awam kok bisa ya anak putri yang harusnya lemah lembut bersikap manis tiba tiba menjadi beringas ala gangster.
Pemimpin yang berada pada Level ini adalah Pendeta yang menjalankan fungsi Pastoral bagi anak – anak Muda ini, tentunya bagi yang tidak beragama Krsiten Fungsi yang sama untuk mendidik anak – anak muda mereka juga.
PASTORAL :
Penggunaaan istilah pastoral ini dalam dua cara pertama istilah ini sinonim dengan kata benda” pastor” artinya apapun yang di lakukan oleh seorang pastor adalah pastoral. Yang artinya menunjuk pada kualitas sikap yang ada pada diri seseorang serta yang kedua istilah ini menunjuk pada fungsi khusus dari pelayanan, khususnya dalam lingkungan Gereja, dalam arti ini istilah Pastoral berarti suatu kegiatan yg berbeda dari kegiatan lainya yang di lakukan oleh seorang Pastor
Dari dua cara penggunaan ini istilah pastoral berarti suatu sikap kepedulian yang tulus dari seorang pastor ( pdt, Hamba Tuhan – red ) yang dinyatakan dalam kegiatannya berkaitan dengan usaha membantu seseorang.
Nah dalam kaitannya dengan kasus di atas apakah para Pastor, pdt, Hamba Tuhan atau pemimpin kaum muda sudah menjalankan fungsinya serta menunjukan keteladadanya dengan benar kepada generasi muda yang ada dalam lingkup pengaruh mereka, menanamkan hal-hal yang baik ( saya merekomendasikan buku : The 7 habits of highly effective Teens – karangan Sean covey ) untuk di baca Roma 12 : 1 – 2 (BIS) “Janganlah ikuti norma-norma dunia ini. Biarkan Allah membuat pribadimu menjadi baru, supaya kalian berubah. Dengan demikian kalian sanggup mengetahui kemauan Allah — yaitu apa yang baik dan yang menyenangkan hati-Nya dan yang sempurna. Mazmur 119 : 19 (TB) Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.
Ayat ayat refensi diatas seharusnya menjadi tugas dan tanggung jawab pemimpin rohani untuk mengajarkannya pada generasi muda ini sebagai upaya secara spritualis untuk menangkal radikalisme atau tindak kekerasan seksual lainya di kalangan generasi muda khususnya dibali
Dalam dasa titah hukum yang ke 5 ( lima ) ada perintah untuk juga menghormati orang Tua, ini juga menuntut peran orang Tua sebagai pemimpin rohani dalam ruang lingkup yang paling kecil di dalam keluarga untuk membimbing, menasihati dan menjadi penyeberang nilai nilai kebenaran yang semestinya di tanamkan dari kecil sehingga ketika anak bersosialisai dan bersentuhan dengan dunia luar di sudah mempunyai dasar yang kuat – karena pergaulan yang buruk merusak kebiasan yang baik
Contoh contoh di Alkitab mulai dari simson yang melakukan penyimpangan – penyimpangan sexual meskipun sudah di tegur oleh orang Tuanya, lalu kisah tragis yang bisa di kategorikan sebagai kenakalan remaja juga yaitu pemerkosaan tamar adik Absalom oleh Amnon kakak tirinya – sampai pada kasus radikalisme anak anak imam Eli yang akhirnya mati karena kena hukuman Tuhan karena hilangnya dan lunturnya bahkan Eli menjadi contoh ganda pemipin pada kutub spritualitas ini sekaligus yaitu sebagai orang Tua gagal mendidik anak-anaknya kalau seseorang sudah tidak tahu mendidik anak-anaknya bagaimana ia akan mendidik orang lain secara spritualitas dan yang kedua adalah sebagai imam , anak- anaknya melakukan kekerasan, pelecehan seksual dan lainya tidak di larang bahkan tidak di tegur kesannya ada proses pembiaran akhirnya generasi keimamatannya menjadi the lost generation
Hal ini sebisanya jaga menjadi pelajaran bagi para pempimpin dan orang Tua di kutub ini, sehingga generasi ini tidak menjadi genrasi yang terhilang dengan melakukan kekerasan dan tindakan anarkis lainya
2. Kutub Unspritual
Masa remaja sering dikenal dengan istilah masa pemberontakan. Pada masa-masa ini, seorang anak yang baru mengalami pubertas seringkali menampilkan beragam gejolak emosi, menarik diri dari keluarga, serta mengalami banyak masalah, baik di rumah, sekolah, atau di lingkungan pertemanannya.
Faktor pemicunya, bisa macam macam, antara lain adalah gagalnya remaja melewati masa transisinya, dari anak kecil menjadi dewasa, dan juga karena lemahnya pertahanan diri terhadap pengaruh dunia luar yang kurang baik.
Perilaku yang ditampilkan dapat bermacam-macam, mulai dari kenakalan ringan seperti membolos sekolah, melanggar peraturan-peraturan sekolah, melanggar jam malam yang orangtua berikan, hingga kenakalan berat seperti vandalisme, perkelahian antar geng, penggunaan obat-obat terlarang, dan sebagainya. Seperti yang terjadi dalam dalam kasus di bali ini , ada beberapa hal di bawah in yang perlu di perhatika oleh orang Tua
Kurangnya sosialisasi dari orangtua ke anak mengenai nilai-nilai moral dan sosial.
- Contoh perilaku yang ditampilkan orangtua (modeling) di rumah terhadap perilaku dan nilai-nilai anti-sosial.
- Kurangnya pengawasan terhadap anak (baik aktivitas, pertemanan di sekolah ataupun di luar sekolah, dan lainnya).
- Kurangnya disiplin yang diterapkan orangtua pada anak.
- Rendahnya kualitas hubungan orangtua-anak.
Saya sendiri menjadi heran mengapa hal seperti ini bisa terjadi di bali yang adat dan budayanya begitu kuat dengan berbagai aturan aturan yang, didalam MANUSA YADNYA orang Bali ( dari perspective kearifan Lokal ) di tuntut untuk bagaimana berdarma kepada sesama, dalam budi pekerti, tolong menolong dan lain sebagainya, kemudian hukum KARMAPALA menjadi landasan bagi masyrakat Bali untuk tidak menyakiti orang lain karena akan menjadi buruk pada proses reinkarnasi selanjutnya setelah kematian dalam agama Hindu sehingga mau menyakiti orang sajapun di pikir pikir dulu.
Faktor lingkungan atau teman sebaya yang kurang baik juga ikut memicu timbulnya perilaku yang tidak baik pada diri remaja. Sekolah yang kurang menerapkan aturan yang ketat juga membuat remaja menjadi semakin rentan terkena efek pergaulan yang tidak baik. “Guru yang kurang sensitif terhadap hal ini juga bisa membuat remaja menjadi semakin sulit diperbaiki perilakunya. Demikian juga dengan guru yang terlalu keras dalam menghadapi remaja yang bermasalah.
Begitu juga dengan anak remaja, jika orangtua terlalu mengekang anak, yang terjadi adalah anak tidak mampu berkembang secara mandiri dan mereka akan berusaha untuk melepaskan dirinya dari kekangan orangtua. Ketika hal ini terjadi, lingkungan sosial, terutama teman sebaya, akan menjadi pelarian utama si anak.
Apabila ternyata lingkungan sosial tempat anak biasa berkumpul memiliki kecenderungan untuk melakukan kenakalan remaja, anak juga berpotensi besar untuk melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan kelompoknya
Hal ini memang sudah terjadi di Bali karena itu sebagai Salah satu pemimpin gereja di Bali saya pribadi menyatakan ini peristiwa Kristen dimana kita harus mengambil tanggung jawab dalam ranah pastoral untuk melakukan bimbingan kepada generasi di bali ini langkah – langkah sederhana berikut biarlah menjadi tips untuk kita para pemipin dan orang Tua Orangtua Sebagai pemimpin di ranah spritualitas saya mengajak para pemipin untuk terlebih lagi memperhatikan generasi muda dalam pelayanan, membuat program program pemuda dengan tema karakter dan pembentukan jati diri serta mentalitas remaja yang baik dan memberikan nilai nilai moral, dan inti ajaran agama kepada generasi muda, serta menunjukan keteladanan.
serta kepada orang Tua disarankan untuk memberikan batasan yang jelas mengenai perilaku apa yang benar-benar tidak boleh dilakukan oleh anak, misalnya membolos, menggunakan narkoba, dan lain sebagainya, Lakukan tawar menawar melalui diskusi mengenai perilaku lainnya yang dianggap berpotensi membuat anak menjadi nakal, seperti pulang malam, menginap, atau bahkan memilih pacar. merangsang anak untuk menentukan standar moralnya sendiri. Di sisi lain hal ini dapat membuat anak lebih menghormati orangtuanya karena telah diberikan kesempatan untuk menentukan pilihannya sendiri. Berkomunkasi dengan guru di sekolah.
Akhirnya ajeg Bali versi saya adalah : Kesejahetrean kota dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara itu terjadi di Bali buka karena Bali bergama tetapi Bali berTuhankan Ida Sang Hyang Yesus, semoga kasus ini membuat kita semakin mengejawantahkan nilai nilai agamis serta budi pekerti yang pancasilais dalam kehidupan keseharian kita – Ida Sang Hayang Yesus memberkati
( Original Concept By : El Roi Israel Sipahelut - Meja Makan 2 : 20 ) - anda juga bisa membacanya di : http://edukasi.kompasiana.com/2012/02/14/vandalisme-remaja-putri-di-bali/

Ida Sang Hyang Yesus?????? hmmmmm
BalasHapus