Gereja Berbisnis
Haramkah ? Untuk menjawab Pertanyaan
ini, ada baiknya saya menuliskan diskusi
yang saya kumpulkan dalam beberapa Minggu ini dari seorang sahabat saya, Lelaki paruh baya yang sedang berjuang
untuk memasukan Putra dan Putrinya sekaligus
Pada sekolah yang di kelola oleh institusi yang berlabel “GEREJA”.
Minggu Kemarin,
Sang sahabat saya ini menelpon Sang Gembala
Sebuah Gereja Kharismatik di ujung jawa timur, Banyuwangi, yang berpusat di Bali,
setelah percakapan singkat dengan sang Gembala, sahabat saya ini di suruh langsung ke sekolah milik Gereja tersebut, stelah bertemu dengan
bagian administrasi dan menyebutkan bahwa sahabat saya ini juga berasal dari kelompok yang sama
dengan Gereja yang mengelola sekolah di Banyuwangi tersebut,
Setelah berdikusi
dan tawar menawar untuk memasukan anaknya pada sekolah tersebut teman saya in
terbelalak juga “ Mati Aku “ gumannya dalam hati Uang Pendaftaran sekolah
6.000.000 – Discountnya Rp. 500.000 –
Akhirnya sahabat saya tidak jadi pada sekolah yang di keola pada label, gereja
tersebut.
Buka saja pada
kasus sahabat sekaligus tetangga sebelah rumah tersebut, tetapi rata –rata
sekolah yang di kelola gereja “luar biasa mahalnya “ saya sudah menjajal
informasinya seantero pulau Bali ini, bahkan anak sayapun sekolah di skeolah
Kristen yang di kelola oleh yayasan milik gereja juga
Dari Sebuah Pengalaman sahabat saya diatas,
bagi anda warga gereja yang
berkekurangan dan dan yangs edang
mencari sekolah murah bagi anaknya apa jawaban anda ? Mungkin anda berguman “ kok k Gitu ya ? mahal
banget, padahal itu gereja Loh ? katanya
bantu orang miskin ? mana sosialnya,
atau wah Cuma jemaat mata sipit,
atau orang kaya aja yang bisa sekolah di situ ?
Bagi Anda orang
kaya,pebisnis, samapai Gembala Sidang yng Punya sekolah ? Pendapat anda
mungkin berlawanan seratus depalan puluh
derajat dengan pendapat Golongan marginal diatas dengan alasan,
alasan dan asumsi, apalagi kalau yang nota benenya Gemabla pasti ada banyak
alasan Theologis “ asal jangan membela diri “
Gereja berbisnis
Haramkah ? saya seringkali melontarkan guyonan kepad apara hamba Tuhan dan atau
rekan pelayanan, acapakali juga buat pengusaha, “ Yang Rohani tidak bisa di bisniskan, tetapi
yang bisnis bisa di rohanikan “ ? caranya adalah saudara undang pendeta dan
doakan bisnismu, Amin kan “ gitu aja kok repot !!
Tentunya tidak
semudah itu bukan ? awal pendirina Gereja Secara Defacto dan De
jure di awalai dengan sebuah Deklarasi
yang hebat dan dashyat oleh Tuhan Yesus
“ diatas batu karang ini aku membangun sidangku/jemaat/gereja dan alam maut
tidak menguasainya, secara organism Ilahi Gereja mengembankan Tugas, Diakonia, Marturia dan seabrek Tugas gereja
lainya yang dimulai dengan Amanat Agung
- lalu pada tataran Organisasi Gereja juga harus berkembang mengikuti
kemajuan jaman.
Tidak ada yang
salah ketika Gereja Tuhan menjadi besar dan berkembang dengan asset milyaran rupiah, lalu gereja membangun yayasan
untuk mendirikan sekolah dan lainnya,
yang patut di sayangkan adalah ketika sekolah atau bisnis pendidikan
yang didirikan menjadi besar di kemudian hari berubah orientasinya menjadi
Profit dan mencari keuntunga bahkan dari
jemaatnya sendiri, pada level ini sang
pengelola yayasan pendidika mengalami disoreintasi. pada tujuan yang awalnya
baik menjadi “profit “ nah disinilah
peran Gereja yang harus berkuasa (dalam arti menjadi berkat ) pada salah satu
dari tujuh (7) Pilar yaitu Pendidikan,
gereja berdoa menjadi berkat dengan membuka sekolah tetapi nyatanya
Gereja ikut berbisnis dengan jemaat
sendiri.
Tentunya tidak
harus semuanya Gratis tetapi sesuai dengan level dan taraf hidup jemaat dan
atau bagi orang orang yang ingin menyekolahkan anaknya pada yayasan, gereja
atau lembag yang di kelola gereja,
disinilah gereja memainkan perannya yang
“ berkeadilan sosial” bagi masyarakat terlebih bagi jemaatnya sendiri
Alasan biaya
mahal pada sekolah yang di kelola
yayasan dan atau Gereja macam –macam,
mulai dari SDMnya yang strata
satu (SI) dan bahkan atau lulusan dari sekolah luar negeri, fasilitas dan lain-lainya. Menggugah empati dan sempati
yayasan dan gereja yang menyelenggarakan
pendidikan, bukankah tanpa biaya yang mahal semuanya bisa disiasati, kalau hati
misi dari gereja yang mau menjadi
berkat bagi orang lain menjadi value,
motto dan sikap gereja maka pasti bisa
Pengalaman saya
di Tanah Papua, bersama orang Tua angkat saya
Ev. Daniel Alexander dengan yayasan pesat di Nabire, dll di papua,
membuat saya memiliki kekaguman pada yayasan ini, asset pendidikan di tanah
papua yang kalau di tafsir ratusan milyaran
dan samapai hari ini sekolah tersebut menyediakan biaya murah bagi
anak-anak papua, bahkan dikirim ke sekolah sekolah luar negeri dan univeristas
terkemuka di bangsa ini dengan mencari
sponsor bagi putra putri papua, Sungguh
Yayasan yang menyelenggarakan Injil yang hidup “ injil yang berkeadilah
sosial “
Pengalaman serupa
saya temukan di sebuah Kelompok Gereja
yang belum lama berdiri, namun mereka sedang dalam persiapan mengguncang Bali,
Dengan yayasan batu penjuru ( Cornerstone Foundation ) yang mereka miliki,
mereka juga menyelenggarkan sekolah Murah dan Biayanya benar benar murah –
bahkan saya mendengar dari salah satu
dari Staff yang ada disana bahwa ada yang sampai mencicil biaya disekolah murah
ini
Patut di acungi
jempol, dengan para pengajar yang berdedikasi, serta memiliki fasilitas diatas
standart dan SDM yang berkulitas, masih di temukan di Pulau Bali ini sebuah Oase yang menyejukan bagi Dunia pendidikan yang di
helat oleh gereja maupun yayasan, yang lebih membuat saya kagum lagi, ketika
saya menerima sms, BBM dan email dari . Ps .DR. Henry Parera, SE. MA.Ce, bahawa
Gereja Cornerstone Bali dengan
yayasan batu penjurunya akan membuka
Perkuliahan dengan dua fakultas (Ekonomi/Manajemen dan Teknik Informatika )
dengan biaya murah dan bisa dicicil
Dua contoh diatas
adalah Gereja dan yayasan Kristen yang melakukan Penginjilan yang ber”keadilan
Sosial “ bukan saja bagi warga gerejanya tetapi bagi Masyarakat Luas, sebuah
gereja yang ber”Zoon Politicon .
Akhirnya Gereja
dalam pengertian organisasi dan ataupun para church “yayasan “ pengelola dan
penyelenggara pendidikan harus mawas diri pada “ SINFULL NATURE” yang bisa membawa mereka keluar dari dari
tanggungjawab sebagai “penatalayan” semua kepemilikan Allah kepada “dalam usaha “ menjadi owner dari
semua yang Allah percayakan ? Haramkah Gereja berbisnis bisa dijawab ketika
Gereja tidak melakukan kewajibanya sebagai Gereja yang “Berkeadilan Sosial”
bagi Warga jemaatnya ataupun masyarakat luas. Coram Deo
@
Locus : 5 : 32 PM
– Negara Bali – Oleh : El Roi Israel Sipahelut
Mobile :
081999478355 – 081337300661 –
Email :
roi_sipahelut@hotmail.com
Personal Blogg :
http://gbikapernaumjembrana.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar