Mendengar itu Yesus berkata kepadanya: "Masih tinggal satu hal lagi yang harus kaulakukan: juallah segala yang kaumiliki dan bagi-bagikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Lukas 18:22)
Pagi tadi, seperti pagi biasanya sepulang mengantar anak-anak ke Sekolah, saya mampir ke penjual roti langganan membeli roti isi selai kacang. Itu menu sarapan pagi saya dan istri, pasangannya tentu secangkir teg hangat, kami berdua biasa menikmatinya sambil bercengkerama sebelum beraktifitas.
Namun tadi saya tidak mendapatkan roti selai kacang karena sudah habis, saya mencoba mencari ke toko roti lain. Saya tahu roti isi selai kacang itu tidak dijual di tempat lain, tetapi dari pada tidak sarapan saya mencoba mencarinya, siapa tahu dapat walau dengan taste berbeda.
Benar juga, beberapa toko roti yang saya datangi tak menjual roti selai kacang seperti di langganan saya itu. Sudah keburu siang saya memutuskan ambil roti yang penampakan luarnya banyak kacangnya, supaya lebih yakin saya tanya penjaga apa ini roti kacang, dijawab : "iya toping kacang".
Ritual sarapan pagi kami berubah total, roti yang oleh penjaga toko dibilang "toping kacang" itu ternyata dalamnya kosong, alias kacangnya hanya ada di bagian atas roti saja.
Penjaga itu tidak salah, dia tidak bermaksud menipu, dia jujur, saya yang terlalu bergairah melihat taburan kacang di atas roti. Saya terkesima lalu membangun presepsi sendiri bahwa roti itu berisi selai kacang yang lembut dan enak.
Dalam kehidupan sehari-hari, "Toping" juga sering dipakai supaya nampak menawan diluar. Apalagi di dunia sosial media, banyak status, tulisan, foto atau ungkapan dalam bentuk apa saja yang bisa membuat pemilik akun itu kelihatan hebat.
Status yang melimpah kata bijaksana, foto yang menncitrakan kebahagiaan, tulisan tentang kehidupan yang menyentuh atau obrolan di sebuah grup rohani yang super. Semuanya itu barulah topingnya saja, belum tentu isi kehidupan pemilik akun sama seperti penampakan yang ada di sosial media.
Terhadap seseorang yang dengan antusias menyatakan ingin memperolah hidup yang kekal, Yesus tidak serta merta menyambutnya dan berkata "Kemon bebeh". Dia cek dulu kebenaran perkatan orang itu, apakah dia benar-benar ingin masuk ke dalam kehidupan kekal atau lebih cinta kehidupan dunia yang fana.
Sederhana saja cara Yesus membuktikan kesungguhan hati orang itu, cuma satu permintaan Yesus "Jualah semua milikmu....", ternyata orang itu hanya punya antusias memiliki hidup yang kekal, namun tidak ingin memasukinya.
Apa pelayanan kita, semenarik apa kotbah kita, sebergemuruh apa pujian penyembahan kita, sedahsyat apa doa kita, setajam apa penglihatan kita, selantang apa kita bernubuat, sejago apa kita berbicara tentang kebenaran, serajin apa perpuluhan kita, sebanyak apa ayat yang kita hafal dan se se lainnya.
Percayalah, Yesus tidak terkesima dengan semua itu. Yakinlah Yesus lebih suka dengan roti yang penampakan luarnya biasa saja namun isinya heemmm haucek.
Setiap orang (siapa pun) yang ada disekitar kita adalah wakil Yesus -Mat 25:40-, melalui orang-orang itulah Yesus memeriksa apakah penampakan luar kita sesuai dengan isi hati kita.
APA TOPINGMU HARI INI, IJINKAN ORANG LAIN MERASAKAN ISINYA, PASTIKAN MEREKA MELIHAT DAN MERASAKAN KASIH YESUS DARI HIDUP KITA.
In His Vine
Tidak ada komentar:
Posting Komentar