Who Is The Capernaum

Jembrana - Bali, Bali, Indonesia
Beloved Husband And Dad For Three Uniq Kids

Rabu, 01 Juni 2016

REWANG DAN KEJAHATAN KEUANGAN PDT SERTA GEREJA

Apa reaksi anda, jika anda meminta orang tua anda sendiri memberkati anda, tetapi orang tua anda minta bayaran.

Apa pun reaksi anda, saya yakin minimal anda pasti kecewa. Siapa yang tidak kecewa punya orang tua matre dengan anaknya sendiri, gila.

Believe or Not, ini kejadian nyata dan itu terjadi di dalam gereja besar. Seorang gembala/pendeta pasang tarif untuk pelayanan pemberkatan jemaatnya sendiri.

Saya menemukan fakta ini pada akhir April lalu, saat saya sedang membantu persiapan pernikahan sepasang muda-mudi Kristen.

Suatu kali calon pengantin perempuan menyampaikan bahwa gerejanya memasang tarif untuk pelayanan pemberkatan nikah. Tarifnya disesuaikan dengan senioritas pendeta yang memberkati, semakin senior semakin mahal.

Harga tersebut belum termasuk tiket pesawat dan akomodasi jika pendeta yang diorder sedang di luar kota, walau itu pendeta gereja setempat. Maksudnya begini, misal pengantin minta diberkati gembalanya sendiri, ternyata sehari sebelum acara pemberkatan gembala sedang pelayanan di tempat lain. Maka pengantin wajib membelikan tiket pesawat + akomodasi kepulangan pak gembala ke gerejanya sendiri. Ngerti ora Son?

Selain harus bayar pendeta, pengantin juga diwajibkan membayar semua pelayan yang terlibat dalam ibadah pemberkatan. Seperti pemain musik, song leader, dan kawan-kawan. Sebelas dua belas dengan pendeta, para pelayan itu memiliki tarif bervariasi sesuai senioritas.

Jadi gereja taunya dapat bersih, analisa saya gereja mengambil untung dari uang kolekte. Begini, pengantin yang berani menikah di gereja tersebut pasti dari keluarga kaya, jadi ini semacam filter. Keluarga dan kenalan yang datang ke ibadah pemberkatan pasti orang berduit, apa lagi kalau bukan uang kolekte yang diincar gereja.

Kalau sudah seperti ini, masih pantaskah gereja itu disebut gereja, lalu pendetanya disebut wakil Tuhan dan orang tua bagi jemaatnya. Orang tua macam apa yang minta bayaran untuk memberkati anaknya sendiri?

Bagi saya ini bukan lagi gereja tetapi mesin pemerasan dan gembalanya adalah lintah neraka, bukan lintah darat lagi. Apa pun alasannya ini adalah kejahatan besar di dalam gereja. Tak perlu ditilik dari sisi Firman Tuhan, dinilai secara moral umum, gereja dan pendetanya jauh lebih hina dari sampah masyarakat.

Saya ingin tunjukan betapa masyarakat kita menghargai pernikahan, tentu pernikahan yang baik-baik.  Di dalam lingkup suku apa pun di bangsa ini, jika ada keluarga yang punya hajatan pernikahan maka para tetangga akan sibuk membantu dengan suka rela.

Dalam masyarakat Jawa, orang membantu di hajatan pernikahan disebut rewang. Bisa jadi orang itu bukan keluarga dekat pengantin, mungkin tetangga jauh. Namun orang itu mau memberikan waktu dan tenaganya secara suka rela, mereka tahu orang menikah itu banyak kebutuhannya jadi perlu dibantu bukan diperas.

Gereja dan pendeta yang memasang tarif pemberkatan nikah belajarlah dari para rewang itu, mereka biasanya bukan orang berada. Mereka mau membantu meringankan beban orang lain, karena mereka tak bisa memberi uang maka mereka memberi tenaganya.

Jika kalian (gereja dan gembala) memberi tenaga pun tak mau, maka sebenarnya kalian jauh lebih miskin dari para rewang itu. Tak perduli semegah apa rumahmu, semewah apa mobilmu, sebanyak apa depositomu. Itu semua bukan berkat Tuhan tetapi kutuk yang kamu sembah.

Penutup, saya tidak akan menyebut nama gereja dan gembala pelaku kejahatan besar ini. Maksud saya menuliskan ini, kalau ada dari sidang pembaca adalah jemaat dari gereja besar. Coba periksa gerejamu, apakah di dalamnya menjalankan praktek ini, kalau ada segeralah bertindak sesuai kebenaran.

Jika anda tahu praktek ini dan anda diam maka dijamin anda masuk neraka, sama saja kalau anda pura-pura tidak tahu.  (Ibrani 10:26)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar