Sikap adil disamakan dengan sikap tidak
berpihak. Contoh, seorang hakim dianggap harus bersikap netral dan tidak
memihak demi keadilan. Padahal, sang hakim justru baru bersikap adil jika ia
berpihak pada nilai-nilai kebenaran sebagai dasar dari eksistensi hukum. Jika
ia hanya mementingkan argumentasi legal mana yang kuat di tengah persidangan,
keadilan belum tentu ditegakkan. Bisa saja yang dimenangkan justru mereka yang sanggup
membayar sepasukan pengacara kelas atas. Sementara, mereka yang hanya
mengandalkan bantuan hukum pro bono (sukarela) harus berpuas diri dengan
peluang yang minim.
Demi keadilan, Allah pun berpihak.
Bukan kepada Israel, tetapi kepada mereka yang terpinggirkan di tengah
masyarakat Israel yang sedang sejahtera dan mapan. Orang-orang yang
terpinggirkan, seperti "orang lemah" (11) dan "orang
miskin" (12) berada dalam posisi tertindas. Orang Israel justru membenci
orang yang bertugas sebagai penjaga keadilan (10). Mengapa Israel berlaku
begitu? Karena mereka jahat (12-13) dan melecehkan keadilan dan kebenaran (7).
Allah, dengan kemahakuasaan-Nya, bangkit melawan mereka dan memihak orang-orang
tertindas. Allah Israel adalah pembela orang-orang yang terpinggirkan dan
diperlakukan tidak adil. Pelaku penindasan sebenarnya sedang melawan Allah
sendiri.
Sebagaimana Allah, kita pun harus
berpihak, demi keadilan. Umat Allah sejati niscaya berpihak kepada mereka yang
dibela Allah. Salah satu hal yang paling mendesak saat ini adalah memilih
pemimpin negara dan daerah yang memperhatikan orang-orang yang terpinggirkan.
Pilihlah pemimpin yang benar-benar punya hati dan kesungguhan untuk
melaksanakan program-program yang pro-rakyat, mulai dari jaminan kesehatan,
pendidikan murah dan berkualitas bagi semua penduduk, layanan birokrasi yang
singkat dan bebas korupsi, serta banyak lagi. Jangan pilih mereka yang lebih
membela kepentingan para pemodal, yang gemar gusur sana-sini demi
"pembangunan". Allah niscaya menghukum pemimpin seperti ini.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar