Who Is The Capernaum

Jembrana - Bali, Bali, Indonesia
Beloved Husband And Dad For Three Uniq Kids

Minggu, 02 Desember 2012

KEMENANGAN ATAS KEAKUAN (VICTORY OVER SELF) Retreat Encounter IV

Sahabat Kapernaum  apa kabarnya saya percaya anda semua dalam keadaan yang baik dan luar biasa di dalam Kristus Yesus, Sahabat Terimmkasih untuk menjadi bagian dari Kapernaum, Kapernaum Senang terkoneksi dengan anda sebagai putra -putri kerajaan Kristus. Berikut Materi Retreat Encounter IV Kapernaum Berharap Materi ini Menjadi Berkat Bagi Shabat Kapernaum Semuanya

Sebelum kita memasuki masa Revival,  maka Tuhan akan terlebih dahulu membawa kita di dalam sebuah musim, yaitu,  “Time of Refreshing.”  Adalah suatu musim  “Penyegaran; Pemulihan untuk menyingkairkan rumput-rumput liar,  batu-batu penghalang termasuk karakter yang belum berkenaan dengan standar untuk seseorang bisa mencapai Bukit Sion.”
 
Patut di sadari bahwa PROBLEM kita yang TERBESAR bukanlah IBLIS,  roh-roh jahat ataupun malaikat-malaikat yang telah jatuh ke dalam dosa,  bukan penguasa-penguasa atau pemerintah-pemerintah di udara,  dan bukan dunia beserta segenap jerat dan tekanannya! 
BUKAN! Peperangan kita dan problem kita yang terbesar itu LEBIH DEKAT dari pada keluarga atau rumah kita sendiri.  Hal tersebut,  terletak di DALAM DIRI KITA,  di DALAM PUSAT KEBERADAAN!
Karena dari DALAMLAH kita MEMBUKA dan MENUTUP PINTUNYA – baik kepada Allah dan dunia.

Markus 7 : 20 – 23, “Katanya lagi : “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab DARI DALAM,  DARI HATI ORANG,  TIMBUL SEGALA pikiran jahat, percabulan,  pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal ini timbul DARI DALAM dan menajiskan orang.”
Matius 15 : 19 – 20, “Karena DARI HATI TIMBUL segala pikiran jahat,  pembunuhan,  perzinahan,  percabukan,  pencurian,  sumpah palsu dan hujat.  Itulah yang menjaiskan orang.  Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.”

Dari HATI lah segalanya di mulai.  Sebab itu Tuhan Yesus sangat menekankan hal ini.  Bahkan hal ini MERUPAKAN yang TERPENTING dari SEMUA HAL.

Amsal 4 : 23,  “Jagalah HATIMU dengan segala KEWASPADAAN,  karena dari situlah TERPANCAR KEHIDUPAN.”Kebutuhan akan suatu HATI yang BARU,  selalu merupakan kebutuhan manusia yang TERBESAR!

Markus 3 : 5,  “Sebab sesudah peristiwa roti itu mereka BELUM JUGA MENGERTI,  dan HATI mereka tetap DEGIL.”
 
Markus 8  : 17,  “Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan,  Ia berkata :  Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belumjugakah KAMU FAHAM dan MENGERTI? Telah DEGILKAH HATIMU?.”

IBLIS BUKANLAH PROBLEM KITA YANG TERBESAR!  Bidang-bidang Kehidupan yang BERPUSAT pada DIRI SENDIRI – yang belum Ditebus,  Belum Diserahkan kepada Tuhan,  Belum Diterangi!  Adalah PROBLEM kita yang TERBESAR!

HATI YANG MURNI,  merupakan kunci untuk menghalangi Iblis masuk.  Tuhan Yesus berkata,  “Penguasa dunia ini datang dan ia TIDAK BERKUASA Sedikit pun ATAS DIRI-KU (Yohanes 14 : 30).
Tuhan Yesus tidak memiliki bidang hati yang belum diserahkan yang mengizinkan Iblis masuk.  Setiap pintu tertutup; Setiap celah tertutup – Pikiran; Panca Indra;  Renungan;  Motif;  Kehendak,  dan Perhatian-Nya semuanya diserahkan kepada Allah.

Iblis tidak mampu menemukan satu pun yang dapat dijadikan tempat menjejakkan kakinya.  Jika ada sesuatu di dalam kehidupan kita yang dapat iblis jadikan MAINAN,  maka ia akan melakukannya.  Iblis tidak takut kepada orang yang dapat berkhotbah, bernubuat, atau melakukan mujizat (Iblis bahkan mendorong Tuhan Yesus melakukan mujizat – Matius 4 : 3). Iblis amat ketakutan dengan orang-orang yang SEPENUHNYA BERSERAH kepada Allah,  karena merekalah yang mampu MENGHANCURKAN dan MENGGANTIKAN kedudukannya.

Pintu-pintu yang Terbuka bagi Iblis untuk masuk ke dalam seseorang :

Pertama;  Berpegang Erat Kepada Dosa! 
Suatu kali,  saya melayani seseorang yang diikat oleh Roh jahat!  Keluarga besar “z,”  selalu memanggil  “Arwah ibunya,”  yang sebanarnya adalah “Kuasa Gelap,”  ketika di usir ke luar.  Roh Jahat itu berkata,  “Orang ini,  dan seluruh isi keluarga besarnya adalah milikku,  kata iblis.
Biasanya,  roh Jahat akan lebih banyak masuk lagi ke dalam orang-orang seperti ini,  jika ia tidak membuka hatinya untuk menyerahkan hidupnya seutuhnya kepada Tuhan.  Ingat kisah dalam Matius 12 : 43 – 45.  Persoalannya,  banyak orang yang tidak mau melepaskan ikatan iblis pada mereka!  Persoalannya,  bukan pada Iblis,  melainkan hati.

Kedua;  Pernyataan-pernyataan yang terlalu berani,  Gegabah,  Angkuh!
“………..Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum……” (Lukas 22 : 31 – 34).
Iblis melihat adanya sekam di dalam diri Petrus dan ia datang untuk mencobai Petrus dalam beberapa pernyataannya yang menantang.  Pernyataan-pernyataan yang gegabah,  terlalu berani itu bagaikan melambai-lambaikan kain merah kepada banteng,  dan Iblis datang menuntut.
Petrus menyombongkan diri tentang dedikasinya yang luar biasa,  dengan berkata bahwa,  “ ia tidak akan pernah meninggalkan Tuhan,  sekalipun semua murid Tuhan,  yang lain meninggalkan-Nya (Markus 14 : 29 – 31).”

Petrus,  dengan pernyataan-pernyataannya yang berani telah menjerat dirinya sendiri untuk mengalami suatu ujian yang sesunggunhya tidak perlu dialaminya. (Iblis akan diijinkan Allah untuk menguji kita atas pernyataan-pernyataan yang kita buat,  khususnya jika pernyataan-pernyataan tersebut tidak BENAR.  Berjalanlah dalam HIKMAT dan KERENDAHATIAN,  akan membuat IBLIS MENJAUH dari HIDUP KITA!

Ketiga;  Tidak Mau Mengampuni!
Hati yang tidak mau mengampuni membuka pintu bagi Iblis.  Iblis itu pahit hati serta tidak mau mengampuni,  dan ia bersekutu dengan orang-orang yang memiliki sifat lama
Tatkala seseorang tidak mau mengampuni orang lain,  ia akan  “diperbudak,” oleh orang tersebut,  dan pikiran-pikirannya setiap hari akan dikontrol oleh orang-orang yang tidak mau diampuninya itu.

Tidak mau mengampuni,  membuat seseorang berada dalam kekuasaan Iblis (Lihat Matius 18 : 21 – 35).  Depresi dan stress merupakan hasil dari menyimpin dendam!
Paulus berkata Iblis akan beroleh keuntungan atas kita jika kita tidak mau mengampuni! 2 Korintus 2 : 10 – 11, “Sebab barangsiapa yang kamu ampuni kesalahannya, aku mengampuninya juga.  Sebab jika aku megampuni, - seandainya ada yang harus kuampuni, - maka hal itu kubuat oleh karena kamu di hadapan Kristus.  Supaya Iblis jangan beroleh keuntungan atas kita,  sebab kita tahu apa maksudnya.”

Keempat;  Kekeraskepalaan!
…….Mereka tidak berhenti dengan perbuatan dan kelakuan mereka yang tegar (Keras kepala) itu…..” (Hakim-hakim 2 : 19).

Kekeraskepalaan dan kehendak diri sendiri merupakan problem-problem yang sesungguhnya di dalam manusia,  bukan iblis. Paulus dan Barnabas berpisah karena suatu ketidaksesuaian yang memanas,  dan tidak ada seorangpun di antara mereka yang mau mengalah (Kisah Rasul 15 : 36 – 41).  Barnabas mengeraskan hatinya serta memilih jalan lain,  dan selanjutnya namanya tidak pernah disebutkan lagi di dalam Kitab Kisah Para Rasul.  Seharusnya,  namanya tetap ada di dalam Sejarah Injil,  tetapi ia membiarkan hatinya tersinggung,  dan ia malah memilih rencana B.  

Banyak orang percaya,  karena suatu luka hati memilih jalan lain.  Dengan ini mereka menyerahkan sebahagian dari mahkota mereka karena mereka menyimpang dari jalur yang Allah pilihkan bagi mereka (Wahyu 3 : 11).

Nehemia 9 : 26, 30,  “Tetapi mereka mendurhaka dan memberontak terhadap-Mu.  Mereka membelakangi hukum-Mu dan membunuh nabi-nabi-Mu yang memperingatkan mereka dengan maksud membuat mereka berbalik kepada-Mu.  Mereka membuat nista yang besar.  Namun bertahun-tahun lamanya Engkau melanjutkan sabar-Mu terhadap mereka.  Dengan Roh-Mu Engkau memperingatkan mereka,  yakni dengan perantaraan para nabi-Mu,  tetapi mereka tidak menghiraukannya,  sehingga Engkau menyerahkan mereka ke tangan bangsa-bangsa segala negeri. Pemberonntakan dan hati yang keras adalah problem terbesar dari bangsa Israel dan juga problem orang-orang percaya hari ini!
Sebab itulah Allah menyediakan suatu Perjanjian yang baru yang memungkinkan tersedianya suatu hati yang baru bagi siapa saja yang bersedia mengizinkan OPERASI  ini dikerjakan dalam hidupnya.
Yeremia 31 : 31 – 33, “Sesungguhnya akan datang waktunya,  demikianlah Firman Tuhan,  Aku akan mengadakan perjanjian baru dengan kaum Israel dan kaum Yehuda,  bukan seperti yang Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir;  perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari,  meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka,  demikianlah Firman Tuhan.  Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,  demikianlah Firman Tuhan : Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam dalam hati mereka;  maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.”

Yehezkiel 11 : 19 -20,  “Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka;  juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat.  Supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia;  maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.”

Alkitab memebritahujan hati (bukan jantung –heart),  hal tersebut mengacu kepada PUSAT ROH kita,  INTI KEBERADAAN KITA di mana TERLETAK MOTOF-MOTIF manusia yang TERDALAM!  Ini juga merupakan PUSAT KEBERADAAN SEMUA PROBLEM manusia yang sesungguhnya.
Hati itu sesungguhnya lebih dalam dari PIKIRAN KITA!  (Sekalipun kita juga memang mempunyai banyak problem di dalam pikiran).  Pikiran adalah alat untuk menganalisa,  menghitung-hitung,  dan logika.  Tetapi hal yang mendikte pikiran kita tentang apa yang perlu DIRENUNGKAN terdapat dalam HATI!  (Perhatian,  motif,  penyembahan,  keinginan,  kecintaan dan kebencian).  Pikiran di rangsan oleh HATI!

Hati adalah tempat di mana terletak SEMUA PROBLEM manusia sesungguhnya.  Tuhan Yesus berkata,  “Sebab dari dalam,  dari hati orang,  timbul segala pikiran jahat,  percabulan,  pencurian,  pembunuhan,  perzinaaan,  keserakahan,  kejahatan,  kejahatan,  kelicikan,  hawa nafsu,  iri hati,  hujat,  kesombongan,  kebebalan (Matius 15  : 18 – 20).”“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan,  karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4 : 23).
 
Apakah hati yang dikeraskan itu?  Ada bermacam-macam tingkat kekerasan hati di dalam manusia.  Kekerasan dimulai pada saat mansia merasa tidak suka,  sakit hati atau tersinggung atas sesuatu.  Bila hal ini berlanjut,  orang ini akan menjadi pahit hati.  Jika ia terus mengeraskan hatinya,  maka pertentangan dan pemberontakan akan timbul.  Setiap kali seseorang mengeraskan hatinya,  ia membuat dirinya jatuh semakin dalam ke dalam lubang!  

Dengan cara bagaimana seseorang mengeraskan hatinya?  Dengan melatihnya!  Seperti atlit angkat besi,  yang mengeraskan dan mengembangkan tubuh jasmaninya melalui banyak latihan,  yang teratur dan giat,  demikian juga manusia batiniah kita dikeraskan!   Ketidakpekaan berkembang dan hati menjadi semakin keras tatkala seseorang MELATIH mengeraskan hatinya ketika ia disakiti!  Hati manusia bisa menjadi keras kalau dilatih!

Tuhan Allah bertanya kepada Adam,  “Di manakah engkau?”  Pertanyaan ini masih terus ditanyakan kepada kita keturunan Adam!  Sebab ada sejumlah bidang dalam kehidupan kita di mana kita masih BERSEMBUNYI!
Seringkali karena suatu latar belakang yang buruk (luka hati karena tidak diingini,  ditolak,  disiksa atau diacuhkan),  orang menutup diri serta membangun suatu tembok di sekeliling hati mereka dan hidup dalam dunia mereka sendiri.  Allah ingin mendobrak tembok yang dibangun disekeliling hati kita! 
Manusia batiniah kita mempunyai banyak ruangan dan bilik dalam (Lubuk-lubuk hati)!  Banyak di antara bilik-bilik ini masih TERTUTUP!  Allah memiliki KUNCI bagi setiap bagian ini!  Bagian di mana kita masih tidak produktif atau terikat;  Allah ingin membebaskan setiap lubuk hati kita!

Alkitab mempersamakan manusia manusia dengan bejana atau wadah.  Kita diciptakan dengan suatu kekosongan,  dank arena itu kita mempunyai suatu kapasitas untuk menampung sesuatu.  Apa yang kita izinkan tertuang ke dalam hidup kita menentukan apakah kita akan menjadi sebuah bejana yang baik atau yang buruk (Roma 9 : 22 – 23; 2 Timotius 2 : 20  - 22).  Apa pun yang dituangkan ke dalam hidup kita meresap ke seluruh keberadaan kita.  Selidikilah betapa seringnya jumpai kata-kata  “penuh”  atau  “dipenuhi”  di dalam Firman Allah.

Karena kita adalah bejana dan mampu menampung sesuatu,  Allah ingin memenuhi kita dengan kasih karunia-Nya dan semua buah yang menikuti kasih karunia.  Hanya kasih karunialah,  satu-satunya yang dapat mengubah kita,  karena kasih karunia hanya diberikan kepada orang-orang yang rendah hati.  Satu-satunya cara untuk maju dalam perjalanan iman setiap orang percaya adalah dengan merendahkan hati kita. Bila suatu problem berada di luar kekuatan kita,  kita harus merendahkan diri dan meminta pertolongan dari orang lain.  Ini membuka pintu untuk memperoleh kasih karunia baru (Yakobus 4 : 10).

Kasih karunia diberikan pada saat diperlukan,  orang-orang yang telah melewati problem-problem yang tersulit,  dan telah bertemu dengan Allah dalam masa-masa sulit itu,  memeiliki kasih karunia yang terbanyak di dalam hidup mereka.

Situasi-situasi yang menyakitkan adalh suatu kesempatan bagi dicurahkannya kasih karunia yang berkuasa mengubah kehidupan.  Kasih karunia yang melimpah diberikan kepada mereka yang memiliki suatu kebutuhan yang besar.  Tetapi ada sebuah factor lain yang terlibat di sini  - SIKAP kita!
Cara kita menanggapi suatu problem akan menciptakan suatu perbedaan.  Seringkali orang yang berada dalam kesulitan tidak menerima kasih karunia karena KEKERASAAN HATI mereka atau mereka memeiliki SIKAP HATI yang BURUK!  Dengan tanggapan kita,  kita dapat menjadikan keadaan kita sebuah siksaan atau sebuah kesempatan.  Kita dapat membuka atau menutup bejana kita terhadap kasih karunia.

Mari kita minta kasih karunia Tuhan,  untuk menyentuh bilik-bilik keangkuhan kita yang masih tersembunyi :
ORANG YANG ANGKUH
ADALAH ORANG YANG LEMAH, KARENA :
                                                                             
1.    Keangkuhan – adalah suatu perasaan yang menghanyutkan yang muncul karena merasa dirinya hebat dan penting. Karena hal ini, seorang yang angkuh mudah sakit hati dan tersinggung bila ia tidak diperlakukan dengan benar. Ia bukanlah penguasa atas emosinya dan karena itu ia adalah seorang yang lemah.
2.    Keangkuhan – adalah keinginan untuk berada di puncak, tidak terkalahkan, tidak tertandingi, dan akan menginjak orang lain serta memakai orang lain untuk mencapai tujuannya. Sekali lagi, orang yang angkuh diatur oleh suatu kekuatan lain dan ia bukan penguasa dari emosinya. Raja Salomo jatuh ke dalam  keangkuhan dan pikirannya dipenuhi oleh pikiran seperti ini – “Betapa aku telah menjadi orang yang tidak tertandingi dan tidak ada yang bandingannya” ( Pkh.1:16 ).
3.    Keangkuhan – membuat kita berpura-pura menjadi orang lain. Karena itu keangkuhan membuat kita suka berpura-pura dan munafik. Kerendahhatian menghasilkan keaslian dan kemurnian di dalam kita.
4.    Keangkuhan  – karena keangkuhan membuat kita berpura-pura menjadi orang lain, maka hal ini membuat kita di bawah ketegangan tidak semestinya. Bila saudara tegang, maka saudara kering. Keangkuhan menguras dan mengeringkan kita secara emosional serta merupakan penyebab kelelahan yang luar biasa dan orang menjadi sakit. Kerendahhatian membuat kita mampu untuk merasa santai, menjadi diri kita sendiri, dan menerima diri sendiri. Kerendahhatian yang luar biasa menghasilkan damai sejahtera dan ketenteraman di dalam hati kita.
5.    Keangkuhan – memiliki pendapat yang tinggi tentang dirinya dan membuat seseorang memandang rendah orang-orang lain dan pendapat-pendapat mereka. Keangkuhan dapat membuat seseorang bersikap sangat kasar, sementara suatu cirri-ciri kebesaran ialah memiliki kemampuan untuk menerima siapa saja dari berbagai tingkatan. Sesunggungnya keangkuhan membuat manusia sangat kecil.
6.    Keangkuhan – itu sombong dan menganggap memiliki jawaban-jawaban, walaupun sebenarnya tidak. Karena keangkuhan, orang tidak mau mendengarkan perkataan orang lain. Karena itu, keangkuhan juga merupakan kekurangan hikmat.
7.    Keangkuhan – membuat manusia memelihara pikiran-pikiran  yang tinggi tentang dirinya, dan menjerat beberapa orang untuk hidup di dalam dunia mimpi. – “Tak seorang pun sehebat aku.” “Aku adalah jawaban bagi problem-problem dunia!” ( Gal.6:3; Obj.1:3 ).
8.    Keangkuhan – mungkin mendasari  rasa malu. Orang yang pemalu tidak akan membiarkan dirinya mudah diejek/dikritik. Ia sangat hati-hati dalam melindungi dirinya. (Bagaimana kalau aku membuat kesalahan! Bagaimana kalau aku di kritik! Orang mungkin mengetahui siapa diriku yang sebenarnya; Aku mungkin dipermalukan.”) Keangkuhan mungkin akan mendasari beberapa ketakutan – “ Ini mungkin membuat-KU kelihatan kecil.” Keangkuhan itu sangat bersikap melindungi terhadap diri sendiri. Namun Yesus Panglima kita rendah hati dan tidak takut dikritik atau di rendahkan. Ia bersedia kelihatan seperti seorang yang gagal.
9.    Keangkuhan – itu memikirkan diri sendiri dan haus akan pujian manusia. Keangkuhan berusaha mencari nama besar atau gelar dan popularitas. Keangkuhan rindu akan publisitas dan sangat suka menjadi pusat perhatian, serta lebih memperhatikan tentang pendapat manusia terhadap dirinya daripada pendapat Allah (Yoh.5:44). Keangkuhan membuat orang memakai kefasihannya dalam berbicara dan mempergunakan kata-kata yang tinggi dan sukar, sehingga kebanyakan orang bahkan tidak mampu mengucapkannya. Semua ini dilakukannya dengan tujuan untuk memuliakan dirinya dan agar terdengar hebat. Iblis juga merupakan pribadi yang cerdik serta rumik, dan demikian pula orang-orang Kristen yang angkuh (2 Kor.11:3). Yesus memakai pilihan kata-kata yang paling sederhana ketika Ia mengajar. Dan Yesus tidak pernah mengejar suatu reputasi duniawi (Flp.2:5-8).
10.  Keangkuhan – adalah alasan bagi watak yang pemarah. Orang yang angkuh memiliki luapan amarah yang hebat sebab egonya begiti sensitif. Hal ini juga terjadi tatkala mereka tidak dapat memperoleh kehendak mereka sendiri dan memakai cara mereka sendiri. Bersama-sama dengan kemarahan datang pula kepahitan, dendam, dan banyak hal  jahat lainnya.
11.  Keangkuhan merupakan suatu alasan utama bagi tidak adanya kedamaian. Banyak konflik berhenti ketika keangkuhan disingkirkan.
12.  Keangkuhan – merupakan factor pendukung utama untuk kekacauan mental dan emosional. Keangkuhan merobek-robek dan menyiksa hati manusia, mengeringkan serta menghabiskan seluruh tenaga dan persediaan yang terdapat di dalam jiwa dan tubuhnya.  Si Angkuh (Iblis) adalah pribadi yang rusak mental dan emosionalnya karena keangkuhannya yang besar. Umat manusia juga merupakan pribadi yang rusak dan emosionalnya karena keangkuhannya.
13.  Keangkuhan – menolak perbaikan atau saran-saran, dengan sikap – “Aku tahu apa yang sedang aku lakukan; jangan mengajari aku. Apakah engkau menyadari kepada siapa engkau sedang berbicara?” Namun Amsal 1:5 (KJV) berkata ,”Orang yang bijak akan mencari nasihat-nasihat yang bijaksana.”
14.  Keangkuhan – membuat seseorang bersedih untuk berkata, “ Maafkan, aku bersalah!” (Im.26:40-41) Keangkuhan akan membenarkan kesalahan-kesalahan dan kekeliruan untuk melindungi keakuannya.  Kekuatan dan kebesaran ditandai oleh adanya pengakuan bahwa kita itu manusia dan telah berbuat salah. Namun orang yang angkuh itu lemah, serta harus mendapat kesempatan untuk membersihkan nama baiknya dan memberi kata penentuan. Ayub merasa Allahlah yang bersalah, bukan dirinya. Dengan demikian ia merasa dirinya lebih benar daripada Allah. Ayub tidak mau mengubah pikirannya dan berkata bahwa sampai binasa ia tetap mempertahankan bahwa ia tidak bersalah (Ayb.27:2-6; 35:2).
15.  Keangkuhan – tidak dapat membiarkan suatu pelanggaran begitu saja. Orang yang rendah hati dapat menganggap-nya sebagai angin lalu.” Orang itu dipuji karena memaafkan pelanggaran” (Ams. 19:11 ). Orang yang angkuh menuntut pemulihan nama baik dan “keadilan” bagi dirinya sendiri. Keangkuhan menuntut suatu permintaan maaf atas suatu pelanggaran kecil dan seringkali mempersulit orang yang membuat pelanggaran untuk meminta maaf.
16.  Keangkuhan – membuat seseorang sulit memaafkan. Keangkuhan berdiam diatas luka-luka. ”Hatiku terluka” – dan juga membuat setiap orang mengetahuinya!
17.  Keangkuhan – sangat larut dengan keakuannya, sehingga sangat peka terhadap luka hatinya sendiri, namun sangat tidak suka terhadap luka hati orang lain serta tidak menyadari ketika ia menyakiti hati orang lain ( Saudara dapat saja menyakiti orang lain dan bersikap tidak peka dengan berkata – “Engkau tidak perduli akan aku!).
18.  Keangkuhan – adalah sumber pemberontakan, pertentangan dan balas dendam. Karena keangkuhannya, Iblis ingin berada di tempat teratas. Ketika ia tidak bisa memakai caranya sendiri, ia bersikap menentang dan ingin membalas dendam. Sejak saat itu ia melakukan segala sesuatu yang berada di bawah kuasanya untuk membuat seluruh penghuni surga dan bumi berpaling dari Allah. Keangkuhan juga telah membuat iblis sangat iri terhadap semua posisi kepemimpinan, dan ia merusakkan otoritas di segala tingkat. Ia adalah pencipta dan pengajar gerakan-gerakan pembebasan pada masa kini!
19.  Keangkuhan – itu suka akan kebebasan dan tidak peka dengan sikap-sikap seperti ini – (Aku tidak membutuhkan engkau atau siapapun juga, aku dapat melakukannya sendiri. Tak seorang pun  yang boleh mengajari aku! Aku tidak harus bersabar dengan ini! – 1 Kor.10:12; Ams.18:12). Kerendahhatian berkata,”Tolonglah, aku tidak mempunyai semua jawabannya. Aku benar-benar membutuhkan usul-usul dan doamu…. Aku tidak mampu melakukannya tanpa pertolonganmu!”
20.  Keangkuhan – membuat manusia tidak berpikir sederhana dan terlalu bersifat teknis. Orang yang rendah hati itu bebas dari perlawanan dan perbantahan. Kerendahhatian menenangkan segala pergolakan dan perlawanan di dalam hati. “Berserah adalah suatu kunci bagi adanya damai sejahtera. Tundukkanlah dirimu kepada  Allah serta hargai dan dengarkanlah saudara-saudara seimanmu. (Ams.13:10; Yak.4:6-10).
21.  Keangkuhan ­­­– membuat seseorang mengeraskan hatinya.  Hati yang sombong adalah hati yang keras, penuh dengan sisa-sisa pertentangan dan perlawanan. Firaun berulang-ulang mengeraskan hatinya (Kel.8:15). Mintalah agar Allah memberimu hati yang lembut, yang tidak suka memberontak. Ingatlah, hati yang keras menentang Allah dan kasih karunia-Nya (Yak.4:6; 1 Ptr.5:5-6; Ams.3:34; Mzm.138:6; 2 Taw.36:11-13).
22.  Keangkuhan – itu memperdayakan. ”Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau” (Obj.1:3).  Tipu daya berkembang pesat dalam hati yang angkuh. Keangkuhan mendasari doktrin-doktrin yang salah dan kepercayaan-kepercayaan yang sesat. Penemu-penemunya ingin mempunyai suatu gagasan baru yang sebelumnya tidak pernah terpikir oleh orang lain (angkuh karena merasa memiliki yang asli). Keangkuhan membuat seseorang berpikir bahwa ia dapat melakukannya dengan lebih baik daaripada orang lain, termasuk Allah. “Seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi sesungguhnya mereka telah menjadi bodoh” (Rm.1:21-22; Gal.6:3; Rm. 12:3; 1 Kor.8:2).
23.  Keangkuhan – merupakan salah satu penyebab utama yang membuat seseorang tidak dapat bergaul dengan orang lain. Keangkuhan adalah alasan yang menyebabkan seseorang tidak tahan dengan situasi-situasi kehidupan. Keangkuhan tidak mampu mengatasi pelanggaran-pelanggaran, terlalu perasa, pemarah, penuh dendam, dan pahit hati. (“Aku tidak sanggup menghapinya lagi – Aku bisa menjadi gila!” – seringkali diucapkan oleh seseorang yang tidak memperoleh apa yang diinginkannya). Iblis tidak  bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dan sejak itu ia disiksa oleh perasaan-perasaan jahatnya. Tetapi orang yang memiliki kerendahhatian sejati mampu menghadapi ini. Roh mereka tidak terikat.
24.  Keangkuhan – merupakan alasan utama bagi argumentasi dan perdebatan (Ams.13:10). Pertentangan (debat) hanya terjadi karena adanya keangkuhan. Orang bijak itu dapat menyesuaikan dirinya, lemah lembuh, mudah dimengerti, dan dapat menundukkan diri terhadap keinginan-keinginan dan pandangan orang lain.
25.  Keangkuhan – adalah suatu sebab yang membuat kita tidap dapat hancur hati di hadapan Allah dan saudara-saudara seiman. Bagi beberapa orang, hancur hati di hadapan Allah atau saudara-saudara seiman adalah tanda dari kelemahan.  Akan tetapi hal itu tidak benar sama sekali.  Orang yang lemah adalah orang yang mengeraskan hatinya. Keangkuhan membuat Raja Zedekia menolak untuk mendengarkan, mengalah atau berserah kepada firman Tuhan. Ia takut kehilangan muka. Keangkuhannya membuat Yerusalem dibakar dan anak-anaknya dibunuh (Yer.38:17-23; 2 Taw.36:11-13).
26.  Keangkuhan – adalah alasan utama bagi tidak adanya kesatuan. Pada dasarnya, manusia berusaha mempromosikan diri dan gagasan-gagasannya sendiri. “Sebab semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Kristus Yesus” (Flp.2:21). Dalam suatu kesempatan Allah berbicara kepada suatu gereja,”Dalam kerendahhatian ada kesatuan … dimana kita menganggap orang lain lebih utama daripada diri kita sendiri, dimana kita saling mendahului dalam memberi hormat” (Flp.2:3; Rm.12:10). Dapatkah saudara  melihat bagaimana kerendahhatian dapat mempromosikan kesatuan? Berapa besar kesatuan dalam pernikahanmu?
27.  Keangkuhan – merupakan alasan yang menyebabkan orang berpikir bahwa mereka lebih baik daripada orang lain (Ul.17:20). Keangkuhan juga merupakan hal yang menyebabkan seseorang menyombongkan dan meninggikan diri (Yer.9:23-24). Keangkuhan (yang merupakan tipu daya) membuat orang berpikir bahwa mereka luar biasa dan hebat, yang mungkin disebabkan oleh keberhasilan atau talenta khusus. Namun mengapa kita harus merendahkan orang lain? Segala yang kita miliki adalah pemberian Allah (Yoh.3:27; 1 Kor.4:7;  Ul.8:17-18). Bahkan Rasul Paulus pun tidak kebal terhadap keangkuhan, walaupun ia penuh dengan Roh Kudus dan telah mati terhadap dosa (bacalah Rm.6:6; 2 Kor.12:7). 
28.  Keangkuhan – menolak firman Tuhan  dan cepat menuduh orang lain “sesat” atau “salah” (Yer.43:2). Orang-orang yang angkuh menuduh Yeremia telah menubuatkan hal yang salah. Karena itu keangkuhan membuat kita tidak mampu membedakan yang benar dan yang salah. Hati yang diterangi adalah buah kerendahhatian.
29.  Keangkuhan – membuat orang berpikir bahwa mereka tidak dapat berbuat salah. Angan-angan tinggi dan tipu daya berasal dari keangkuhan. Keangkuhan menimbulkan dosa karena terlalu percaya diri. Saya pernah mendengar orang berkata bahwa mereka tidak pernah membuat suatu kesalahan pun dalam karunia-karunia Roh Kudus (seperti dalam bernubuat atau berkata-kata dengan pengetahuan). Tetapi ini adalah keangkuhan dan tipu daya. Seharusnya kita bersikap – “Tuhan, begitu mudahnya pikiran dan perasaanku mengubah apa yang ingin Engkau katakan. Berkuasalah atas kealamiahanku! Tuhan, aku membutuhkan-Mu setiap saat!” (Yoh.5:19,30).
30.  Keangkuhan – adalah kebalikan dari kasih. Kasih itu sama sekali tidak mementingkan diri sendiri (1 Kor.13). Sebaliknya keangkuhan sangat mementingkan diri sendiri – “Keuntungan apa yang bisa kuperoleh dalam hal ini?” Keangkuhan hanya memikirkan diri sendiri. AKU! Karena keangkuhan adalah kebalikan dari kasih, berarti keangkuhan merupakan suatu bentuk dari kebencian juga.
31.  Keangkuhan – adalah musuh Allah. Keangkuhan menolak dan melawan Allah. Keangkuhan menentang Allah dan kehendak-Nya. Keangkuhan itu tidak mau terikat dan membuat seseorang menjauhkan diri dari Allah. Keangkuhan dan hati yang dikeraskan itu berkaitan erat. Tatkala seseorang mengeraskan hatinya, itu disebabkan karena ia mempunyai hati yang sombong. Allah membenci keangkuhan, demikian juga seharusnya kita (Ams.6:16; 8:13; 1 Yoh.2:16-17). Allah tidak dapat memberkati hati yang sombong dan keras. Kepedihan dan penderitaan sering digunakan untuk menghancurkan keangkuhan dan hati yang keras, sehingga Allah dapat memberkati kita.
32.  Keangkuhan – membuat kita tidak berkemenangan atas Iblis. Iblis itu sangat sombong. Kalau kita seperti dia dan bereaksi seperti dia, maka kita tidak memiliki kuasa atasnya. Kerendahhatian dan menjadi seperti “Anak Domba” adalah kunci untuk memiliki kuasa atas si Sombong. Ketika orang percaya atau pengkhotbah mulai bersikap gegabah dan sombong, ia menjauhkan dirinya dari tudung perlindungan  Allah, dan Iblis menjeratnya serta membuatnya jatuh. Elia melontarkan hinaan dan ejekan, tetapi kemudian ia harus berhadapan dengan Ratu Izebel. Iblis bekerja melalui perempuan ini dan menimbulkan ketakutan di hati Elia sehingga ia melarikan diri. (1 Raj.18:27; 19:1-3; Ams.16:18; 18:12; 29:23; Yak.4:6).   

Standar tertinggi untuk menilai karakter manusia, yaitu  “dari buahnyalah kamu mengenal mereka (Matius 7 : 20).  Setiap buah roh yang terdapat dalam Galatia 5 : 22 – 23 adalah sebuah aspek dari sifat Allah.  Karena itu,  sasaran Roh Kudus adalah mengahasilkan setiap buah Roh ini di dalam hidup kita sehingga sifat kita bisa persis seperti sifat Tuhan.  Panggilan kita adalah “menjadi serupa dengan gambaran-Nya (Roma 8 : 29).  Jadi,  bila kesembilan sifat surgawi ini berkembang dengan limpahnya,  kita akan menjadi sangat sama dengan Tuhan.  Selain itu,  kekuatan manusia juga dibuktikan oleh adanya buah-buah ini dalam kehidupan kita :

Kasih – adalah kekuatan untuk mendahulukan orang lain dan kekuatan untuk tidak mementingkan diri sendiri,  dan menanggung sesuatu.

Sukacita – Kesukaan dari Allah adalah kekuatan kita.  Sukacita membersihkan dan menyembuhkan roh kita dari segala luka hati,  dendam,  dan depresi.

Damai sejahatera – adalah kekuatan untuk merasa tenang ketika berada di dalam badai kehidupan.  Ia tidak digoyahkan oleh keragu-rafguan,  ketakutan,  dan serangan musuh.

Kesabaran  - adalah kekuatan untuk tidak menyerah melainkan menanggung segala kesukaran dan keadaan.

Kemurahan  - adalah kekuatan untuk tidak bersikap kasar terhadap orang lain.  Ini adalah suatu perkembangan lebih lanjut dari hikmat.

Kebaikan  -  adalah kekuatan untuk melakukan apa yang benar secara moral.  Ia mempertimbangkan apa yang selama-lamanya merupakan hal yang terbaik bagi orang lain.

Iman  -  adalah kekuatan untuk mengalahkan dunia,  setan,  dan ujian-ujian  ( 1 Yohanes 5 : 4).
Kelemahlembutan  - adalah kekuatan untuk tidak membalas dendam,  baik dalam ucapan ataupun perbuatan  (Yesaya 53 : 7;  1 Petrus 2 : 21 – 23).

Penguasaan diri – adalah kekuatan untuk tidak menuruti kehendak diri sendiri dan kekuatan untuk mengontrol nafsu makan dan perasaan yang berlebihan







Tidak ada komentar:

Posting Komentar