Who Is The Capernaum

Jembrana - Bali, Bali, Indonesia
Beloved Husband And Dad For Three Uniq Kids

Senin, 24 Juli 2017

PERSEPULUHAN -- Bagian 1


SKANDAL PERSEPULUHAN

Saya terbeban untuk menunjukkan bahwa ada banyak yang salah di dalam praktek mempersembahkan persepuluhan, bukan hanya apa yang Tuhan kehendaki dari kita hari-hari ini tetapi juga apa yang dikehendakiNya dari Israel di masa lalu di bawah Hukum Musa. Meski beberapa orang Kristen tidak mempersembahkan persepuluhan sama sekali, tetapi kebanyakan dari denominasi Injili, Pantekosta dan Kharismatik mengajarkan bahwa kita harus menyisihkan 10% dari semua pendapatan yang kita terima dan memberikannya untuk pekerjaan Tuhan. 

Di beberapa denominasi yang lebih kuno/tradisional memberikan persembahan persepuluhan ini ke gereja mereka; yang lainnya memberikannya ke “rumah perbendaharaan” yang didefinisikan sebagai gereja-gereja atau pelayanan-pelayanan yang lebih “hidup” di mana mereka memperoleh kebanyakan dari makanan rohani mereka. Beberapa memberikan persepuluhan atas gaji kotor mereka (sebelum kena pajak dan potongan lainnya) sehingga mereka merasa benar-benar memberikan potongan utuh pertama dari kue mereka, yang lainnya memberikan persepuluhan atas gaji bersih mereka (setelah kena pajak dan potongan lainnya) karena mereka merasa itulah jumlah sesungguhnya yang mereka terima. Atas semua pandangan/pendapat/keyakinan yang berbeda-beda tentang persembahan persepuluhan ini tentu ada tokoh-tokoh besar di belakangnya yang akan mempertahankan pandangan/pendapat/ keyakinannya masing-masing yang berbeda-beda itu.

Menariknya, ternyata pengelolaan persembahan persepuluhan yang diterima suatu gereja/sinode seringkali menjadi sumber perpecahan dari gereja/sinode itu sendiri. Di dalam kebanyakan gereja yang sangat menekankan perlunya para jemaat taat membayar persembahan persepuluhan jarang – atau bahkan tidak pernah sama sekali –memberikan laporan terbuka kepada para jemaatnya tentang jumlah persembahan persepuluhan yang diterimanya dan pemanfaatan dari persembahan persepuluhan itu sendiri. Ini justru jauh berbeda dengan gereja-gereja yang tidak menekankan perlunya para jemaat taat membayar persembahan persepuluhan. Gereja-gereja ini justru punya majelis yang salah satu pekerjaannya mencatat dan melaporkan seluruh persembahan yang diterima gereja kepada jemaat. Majelis ini juga yang mengatur pemanfaatan dari persembahan-persembahan yang diterima dan juga melaporkannya kepada jemaat. Dan – seperti yang sudah menjadi rahasia umum – persembahan persepuluhan yang diterima oleh gereja-gereja yang tidak memiliki majelis, seratus persen pemanfaatannya ditentukan oleh gembala sidangnya sendiri. Dalam kasus terburuk, gembala sidang bisa saja menentukan bahwa seluruh persembahan persepuluhan adalah miliknya. Ini mungkin saja karena gembala sidang menganggap dirinya adalah “imam orang Lewi” seperti pada jaman Hukum Musa yang berhak atas persembahan persepuluhan.

Di dalam kasus di mana gembala sidang menganggap dirinya adalah “imam orang Lewi” dan menguasai seluruh persembahan persepuluhan, maka yang sering terjadi adalah para pendeta-pendeta yang berada di bawah kendalinya (yang tidak menikmati persembahan persepuluhan) lama kelamaan ketika mereka sudah mulai berkembang/menjadi besar akhirnya memisahkan diri (istilah halus untuk perpecahan) dan membuka gereja atau bahkan sinode baru serta mengangkat dirinya sendiri menjadi gembala sidang karena mereka merasa dirinya juga adalah “imam orang Lewi” yang berhak atas persembahan persepuluhan.

Perpecahan juga bisa terjadi di sebuah gereja seperti itu jika gembala sidang yang memimpinnya tiba-tiba meninggal tanpa meninggalkan surat wasiat. Perebutan gereja bisa terjadi di antara sanak familinya yang kebetulan juga semuanya menjadi pendeta di gereja tersebut. Karena mereka masing-masing berpendapat paling berhak menjadi gembala sidang pengganti yang memiliki hak penuh atas persembahan persepuluhan. Perebutan gereja yang akhirnya menjadi perpecahan gereja hanya akan mendukakan hati Tuhan (atau mungkin saja menimbulkan murka Tuhan) dan menceraiberaikan jemaat yang sudah setia sejak gereja tersebut masih kecil.

Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk mengenali masalah yang sesungguhnya baru akan bisa kita dapati kalau kita mau bayar harga untuk menggalinya lebih dalam dari dalam Alkitab itu sendiri dengan hati dan pikiran yang bersih, murni, tulus, jujur dan tidak terkontaminasi doktrin denominasi mana pun. Yang paling penting, kita harus memperbaiki setiap kesalahpahaman karena sebenarnya ada pewahyuan dari karakter Tuhan di dalam rangkaian praktek persepuluhan; setiap kesalahpahaman dari praktek itu berarti kita tidak mendapatkan pewahyuan itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar