Who Is The Capernaum

Jembrana - Bali, Bali, Indonesia
Beloved Husband And Dad For Three Uniq Kids

Senin, 24 Juli 2017

PERSEPULUHAN – Bagian 7

KUTUKAN MALEAKHI
Sekarang marilah kita lihat ayat RUDAL SAKTI yang paling banyak dikutip dan dikhotbahkan tentang persembahan persepuluhan di Perjanjian Lama,
Maleakhi 3:8-12: Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. Maka segala bangsa akan menyebut kamu ini menjadi negeri kesukaan, firman TUHAN semesta alam.

Apa yang hampir selalu dikhotbahkan dan diajarkan dari ayat ini adalah bahwa Tuhan masih mengharuskan setiap orang percaya untuk memberikan sepersepuluh dari semua penghasilannya (dan juga semua sumbangan, donasi dan hadiah) dan Dia akan memberkati mereka yang melakukannya dengan melimpah dan mengutuk mereka yang tidak melakukannya.

Sebelum kita melihat lebih jauh bagian yang diekspresikan secara emosional dari pengajaran ini dan implikasinya terhadap kita, seperti apakah kutukan ini masih berlaku di bawah Perjanjian Baru, mari lah kita uji klaim yang menyatakan bahwa “seluruh persembahan persepuluhan” yang disebutkan pada ayat-ayat di atas itu berarti “sepersepuluh bagian dari keseluruhan pendapatan” yang harus diberikan.

Seperti yang sudah terang benderang di bagian awal dari tulisan ini, bahwa di bawah Perjanjian Lama sekali pun Tuhan tidak pernah menyatakan bahwa sepersepuluh bagian dari keseluruhan pendapatan harus lah diberikan (yang harus diberikan adalah yang tahun ke tiga saja). Ironisnya, ayat-ayat dari Maleakhi ini justru mengkonfirmasi lebih jauh bahwa ada dua kegunaan dari persembahan persepuluhan, seperti yang akan kita lihat, karena persembahan persepuluhan yang disebutkan di sini adalah persembahan persepuluhan tahun ke tiga (yang harus diberikan seluruhnya kepada orang-orang Lewi).

Perhatikan butir-butir utama di dalam Maleakhi ini:
a) Israel telah “menipu Allah” di dalam rumahNya dengan menahan persembahan persepuluhan yang harus diberikan ke rumah Tuhan di Yerusalem.
b) Konsekwensinya “tingkap-tingkap langit” tertutup bagi mereka.
c) “sebuah kutuk” dijatuhkan atas mereka dan atas “hasil tanah” mereka, negeri mereka.
d) Israel harus menanggapinya dengan membawa “seluruh persembahan persepuluhan”.
e) Persembahan itu harus dibawa ke “rumah perbendaharaan” di rumah Tuhan.
Sekarang jika kita bandingkan butir-butir tersebut dengan Ulangan 26:12-15, kita akan menemukan sebuah kecocokan yang sangat akurat dan di sini kita menemukan kutukan itu diterangkan. Setelah orang-orang Israel memberikan persembahan persepuluhan tahun ke tiga, mereka berdoa:
a) menyatakan bahwa mereka “memindahkan persembahan kudus” dari rumah mereka dan “memberikannya” sesuai yang diinstruksikan Tuhan.

b) memanggil Tuhan untuk “menjeguk dari tempat kediamanNya yang kudus, dari dalam sorga”.
c) meminta Tuhan untuk “memberkati umatNya Israel” dan untuk “memberkati tanah yang telah Tuhan berikan kepada mereka”.

Di dalam Maleakhi kita lihat bahwa kegagalan Israel untuk memberikan persembahan persepuluhan tahun ke tiga ini membawa mereka ke dalam situasi: “menipu Tuhan”, “tingkap-tingkap langit” tertutup, dan ketimbang mendapatkan berkat mereka malah mendapatkan kutukan, baik atas mereka mau pun tanah mereka. Jadi kita lihat bahwa Maleakhi 3 tidak dapat dimengerti secara sederhana tanpa melihat Ulangan 26 yang menerangkan hal yang paralel.

d) Maleakhi mengacu ke “seluruh persembahan persepuluhan”; dan kita tahu hanya persembahan persepuluhan tahun ke tiga lah yang diberikan seluruhnya. Di dua tahun lainnya dipakai untuk pesta hari raya yang dinikmati bersama-sama orang Lewi dan orang-orang yang kurang beruntung.
e) Perintah Tuhan melalui Maleakhi adalah untuk membawa seluruh persembahan persepuluhan “ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu”. Satu-satunya persembahan persepuluhan yang masuk ke “rumahKu” adalah persembahan persepuluhan yang di bawa oleh orang-orang Lewi ke sana.

Di luar itu semua, ada konteks ASLI YANG TIDAK PERNAH DITERANGKAN ketika mengkhotbahkan ayat-ayat “kutukan” ini. Jika ingin JUJUR, Maleakhi ini harus dibaca dari pasal 1. Tepatnya Maleakhi 1:6-14, lalu 2:1-9, 2:13-17, 3:1-7. Jika ayat-ayat ini sudah dibaca dengan benar tanpa dibelokkan ke kanan dan ke kiri, maka jelas yang dikutuk oleh Tuhan pada Maleakhi 3:8-12 justru “para imam Lewi” yang berdosa karena mencuri dari Tuhan dan menukar binatang cacat sebagai ganti binatang sempurna yang sudah mereka terima sebagai persembahan persepuluhan dari orang-orang Lewi sendiri.

Maleakhi hidup semasa orang-orang Israel kembali dari Babel setelah masa pembuangan 400 tahun. Mereka kembali di bawah pimpinan Nehemia yang membangun kembali tembok Yerusalem dan mengadakan upacara di bekas reruntuhan Bait Allah. Nehemia sendiri selain harus menghadapi musuh-musuh Israel, juga dikhianati oleh beberapa imam. Kita bisa lihat puncak kemarahan Nehemia kepada para imam di Nehemia 13. Ia marah besar karena korupsi yang dilakukan oleh imam besar di rumah Tuhan. Akibatnya, tidak ada umat lagi yang mau memberikan persembahan untuk mendukung para pelayan di rumah Tuhan. Oleh karena hal-hal ini lah firman Tuhan lalu dinyatakan oleh Maleakhi. Para imam terkena murka Tuhan seperti yang kita lihat di Maleakhi 2 dan 3. Jadi kutukan di Maleakhi 3 jelas ditujukan kepada para imam yang korupsi ketimbang kepada umat. Baru lah setelah dampratan itu dilakukan kepada para imam, umat membawa kembali persembahan persepuluhannya.

Selain itu, konteks dari Maleakhi 3:8-12 jelas-jelas mempertegas kehidupan agraris orang Israel yang menjadi subyek persembahan persepuluhan. “Tingkap-tingkap langit” yang dibukakan lebih menjelaskan tentang dibukanya langit selebar-lebarnya sehingga hujan serta cahaya matahari (baca: berkat nutrisi bagi tanaman-tanaman) boleh menyuburkan tanah sehingga menghasilkan panenan yang melimpah. Belalang pelahap yang dihardik memang lah benar hama berbahaya yang bisa merusak hasil panen. Rangkaian kalimat itu jelas dan tidak perlu diterjemahkan sebagai yang aneh-aneh seperti tidak dibukakannya pintu berkat bagi orang-orang percaya dewasa ini yang tidak memberikan persembahan persepuluhan dan ditambah dengan kutukan akan kena sial karena berkatnya akan dimakan belalang.

Pengeksploitasian ayat RUDAL SAKTI ini untuk menakut-nakuti atau mengancam jemaat bisa menjadi BUMERANG SAKTI juga bagi yang mengkhotbahkannya. Masih banyak orang miskin yang tetap miskin meski pun ia setia bertahun-tahun mempersembahkan persepuluhan (padahal di perjanjian lama orang miskin tidak memberikan persepuluhan, melainkan justru menikmati persembahan persepuluhan seperti yang sudah kita bahas). Akhirnya, banyak orang yang menjadi tawar hati dan menjadi kepahitan tersendiri kepada Tuhan. Mereka menuduh Tuhan tidak menggenapi firman seperti di ayat RUDAL SAKTI. Inilah salah satu alasan kenapa Injil sering tidak menjadi sumber berkat bagi orang miskin karena pemelintiran ayat-ayat tertentu demi kepentingan pribadi.

Sola Scriptura, Sola Gratia, Sola Fide For God, For Country and For Better Indonesia. Tuhan Yesus memberkati..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar