Who Is The Capernaum

Jembrana - Bali, Bali, Indonesia
Beloved Husband And Dad For Three Uniq Kids

Senin, 24 Juli 2017

PERSEPULUHAN -- Bagian 16


YESUS TIDAK MELARANG PERSEPULUHAN & POLIGAMI
Di dalam beberapa diskusi tentang persepuluhan di dunia nyata dan di dunia maya yang pernah saya ikuti, biasanya jika dari pihak yang pro persepuluhan sudah tidak bisa mengelak lagi dari fakta bahwa merubah bentuk persepuluhan itu yang seharusnya MAKANAN menjadi UANG, MAKANAN YANG DIMAKAN SENDIRI di tahun pertama dan kedua menjadi UANG yang harus diberikan ke gereja, dan masih banyak lagi itu adalah sebuah perbuatan DOSA BESAR (karena melanggar Ulangan 4:2, Ulangan 12:32, Amsal 30:6 dan Wahyu 22:18-19), mereka lalu merubah taktik dan arah diskusi.

Mereka umumnya lari ke pertanyaan klasik ‘bajaj mau ngeles’: “Coba tunjukkan ayat Alkitab di Perjanjian Baru di mana Yesus atau 12 RasulNya melarang persepuluhan?” Pertanyaan klasik ‘bajaj mau ngeles’ ini biasanya saya timpali juga dengan pertanyaan klasik ‘menghindari bajaj ngeles sembarangan’: “Coba tunjukkan ayat Alkitab di Perjanjian Baru di mana Yesus atau 12 RasulNya melarang seorang anggota jemaat laki-laki berpoligami?” atau saya pertegas lagi: “Coba tunjukkan ayat Alkitab di Perjanjian Baru dimana Yesus atau 12 RasulNya melarang seorang anggota jemaat laki-laki memiliki 3 atau 4 isteri?”

Jawaban dari dua pertanyaan yang saya kasih label ‘konyol’ itu sama: TIDAK ADA. Tapi apakah dengan demikian seorang anggota jemaat laki-laki Kristen boleh berpoligami? TENTU TIDAK. Seorang penilik jemaat jelas diatur secara spesifik hanya boleh memiliki istri satu (1 Timotius 3:2). Tetapi tidak lah demikian untuk anggota jemaat laki-laki. Meski ayat yang eksplisit tentang larangan bagi anggota jemaat laki-laki berpoligami tidak ada di Perjanjian baru, itu tidak berarti Yesus tidak melarang anggota jemaat laki-laki berpoligami. Ada ayat-ayat lain yang dilanggar jika seorang jemaat laki-laki berpoligami. Jadi tetap poligami IS A BIG NO untuk anggota jemaat laki-laki.
Kalau pertanyaan konyol seperti ini mau dibuat versi lainnya lagi, maka seseorang yang suka memecahkan kaca rumah musuhnya setiap kali lewat di depannya bisa saja berkelit dengan pertanyaan ‘bajaj mau ngeles’ seperti: “Coba tunjukkan ayat di Alkitab Perjanjian Baru yang melarang memecahkan kaca rumah musuh?”. Tentu TIDAK ADA. Tapi jika dia tetap memecahkan kaca rumah musuhnya pasti ada ayat firman Tuhan yang dilanggarnya.

Demikian juga halnya dengan persepuluhan. Meski tidak ada ayat-ayat spesifik yang melarangnya di Perjanjian Baru, itu bukan berarti praktek persepuluhan yang dilakukan dewasa ini tidak melanggar firman Tuhan. Justru banyak sekali firman Tuhan yang dilanggar oleh praktek persepuluhan dewasa ini. Nah, bukankah tindakan pelanggaran firman Tuhan sama saja dengan tindakan berdosa? Sebentar akan kita kuliti satu per satu apa yang dilanggar.

Ketika persepuluhan itu dikhotbahkan, akan banyak orang Kristen yang merasa tergugah dan tertantang untuk memberikan persembahan yang terbaik untuk pekerjaan Tuhan. Kesadaran memberi yang militan serta tulus tentu sangat baik sekali di dalam menunjang pekerjaan Tuhan di muka bumi. Apalagi jika pemberian itu dilandasi dengan sukacita dan sukarela. Akan tetapi, hampir seluruh khotbah tentang persepuluhan dikaitkan dengan iming-iming berkat jika memberikannya dan ancaman kutuk jika tidak memberikannya.

Pertanyaannya, apakah betul orang Kristen itu harus diiming-imingi berkat jika memberikan persepuluhan dan diancam kutukan jika tidak memberikannya? Bukan kah ini bertentangan dengan firman Tuhan di 2 Kor 9:17 yang menyatakan persembahan harus diberikan BUKAN KARENA PAKSAAN? Bukankah berkhotbah yang mengancam dengan kutuk itu sama saja dengan MEMAKSA jemaat untuk memberi persembahan? Inilah pelanggaran firman Tuhan yang pertama.
“Tapi persepuluhan itu adalah firman Tuhan yang harus kita taati, dan memang mereka yang tidak memberikannya itu terkutuk seperti yang disebutkan Kitab Maleakhi,” demikian biasanya kilah mereka yang pro terhadap persepuluhan. Benar, persepuluhan itu adalah firman Tuhan yang YA dan AMIN. Tapi, harus dilihat konteksnya dahulu. Kepada siapa Tuhan berbicara saat itu.

Ketika Tuhan berbicara kepada Hosea dan memintanya untuk mengawini pelacur, jelas itu firman Tuhan yang YA dan AMIN dan HARUS dilakukan oleh Hosea pada saat itu. Tapi apakah firman Tuhan itu juga merupakan permintaan Tuhan kepada seluruh hamba Tuhan di dunia? JELASLAH TIDAK! Konteksnya ialah Tuhan berbicara kepada Hosea saja, dan firman itu bukan merupakan perintah kepada hamba Tuhan yang lainnya. 

Ketika Tuhan berbicara kepada Yunus untuk ke Niniwe demi sebuah misi, jelas itu firman Tuhan yang YA dan AMIN dan HARUS dilakukan oleh Yunus pada saat itu. Tetapi, seperti perintah yang diberikan kepada Hosea saja, perintah itu tidak serta merta meminta semua hamba Tuhan harus mengemban misi ke Niniwe. Lagian Niniwe juga sudah musnah. Konteknya ialah Tuhan berbicara kepada Yunus saja. Dan, masih banyak lagi contoh-contoh kontekstual seperti ini jika ingin digali terus seperti keharusan orang Israel merajam anak laki-lakinya yang bandel banget sampai mati, keharusan orang Israel untuk menghancurkan patung-patung agama musuh, dan keharusan orang Israel untuk memakai pakaian yang terbuat dari satu bahan saja. Konteksnya ialah Tuhan berbicara kepada orang Israel saja yang hidup di bawah hukum Taurat.

Perhatikan ayat ini: “Katakanlah kepada orang Israel dan suruhlah mereka memberikan kepadamu satu tongkat untuk setiap suku. Semua pemimpin mereka harus memberikannya, suku demi suku, seluruhnya dua belas tongkat. Lalu tuliskanlah nama setiap pemimpin pada tongkatnya.” (Bilangan 17:2). Jelas konteks dari ayat ini ialah Tuhan berbicara kepada Musa untuk disampaikan kepada orang Israel saja, bukan kepada orang Mesir, atau India, atau Cina, atau Amerika, atau bahkan Indonesia. Firman Tuhan itu harus dipatuhi oleh Musa dan orang Israel saja. Bukan yang lainnya.
Perhatikan juga ayat ini yang menyangkut perayaan Paskah: “Katakanlah kepada segenap jemaah Israel: Pada tanggal sepuluh bulan ini diambillah oleh masing-masing seekor anak domba, menurut kaum keluarga, seekor anak domba untuk tiap-tiap rumah tangga.” (Keluaran 12:3). Jelas konteks dari ayat ini ialah Tuhan meminta kepada jemaah Israel saja untuk mempersembahkan seekor anak domba dari tiap-tiap rumah tangga untuk perayaan Paskah.

Kalau Anda mau terus menggali firman Tuhan di Perjanjian Lama, maka kata-kata seperti: “Berbicaralah kepada Harun dan kepada anak-anaknya..”, “Katakanlah kepada orang Israel...”, “Panggillah Harun dan anak-anaknya...”, “Berfirmanlah Tuhan kepada Musa...”, “Pergilah menghadap Firaun..” dan seterusnya akan banyak Anda jumpai dan itu lah konteksnya.
Ketika berbicara tentang persembahan-persembahan yang harus dilakukan oleh orang Israel maka kata-kata kontekstual seperti ini kita temui: “Itulah suatu ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya bagi orang Israel turun-temurun..”, “Itulah yang harus diserahkan menurut perintah Tuhan dari pihak Israel kepada...”, “haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel segala ketetapan yang ...”, dan seterusnya.

Kembali ke persepuluhan. Ada banyak ayat di Perjanjian Lama yang mengatur tentang persepuluhan, kita ambil salah satunya saja, Ulangan 12:11, yang lalu di tutup dengan Ulangan 12:32 “SEGALA yang kuperintahkan kepadamu HARUSLAH kamu lakukan dengan setia, janganlah engkau MENAMBAHINYA ataupun MENGURANGINYA.” Nah, SEGALA sesuatu yang diperintahkan Tuhan tentang persepuluhan sudah jelas. Kita lihat 3 perintah Tuhan saja yang berhubungan dengan persepuluhan: bentuknya HARUS berupa MAKANAN dari hasil ladang dan/atau ternak (Ulangan 14:22-23; Maleakhi 3:10); di tahun pertama dan kedua HARUS DIMAKAN SENDIRI oleh pemberi persepuluhan (Ulangan 14:22); dan di tahun ketiga baru DIBAGIKAN kepada orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda (Ulangan 14;29).

Ingat, kita HARUS melakukan SEGALA yang diperintahkan dengan setia. Jangan MENAMBAHINYA ataupun MENGURANGINYA (Ulangan 12:32). Praktek persepuluhan dewasa ini tidak lagi berupa MAKANAN, tetapi UANG. Atas otoritas siapa seseorang memodifikasi firman Tuhan yang suci itu? MAKANAN di KURANGI (dibuang) dari ayat tentang persepuluhan itu lalu UANG di TAMBAHI (diada-adakan) ke ayat tentang persepuluhan itu. Inilah pelanggaran kedua: pelanggaran atas firman Tuhan Ulangan 12:32. Praktek TAMBAH dan KURANG firman Tuhan.
Lalu persepuluhan tahun pertama dan kedua HARUS DIMAKAN SENDIRI oleh pemberi persepuluhan, tapi yang terjadi ialah selain dirubah menjadi UANG lalu diberikan kepada gereja. HARUS DIMAKAN SENDIRI di KURANGI (dibuang) dari ayat tentang persepuluhan itu lalu keharusan memberikannya kepada gereja di TAMBAHI (diada-adakan). Inilah pelanggaran ketiga. Praktek TAMBAH dan KURANG firman Tuhan lagi.

Pada tahun ketiga ketika persepuluhan itu diberikan, maka yang menerimanya HARUS orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda. Di sini terjadi lagi pelanggaran ke empat, karena persepuluhan itu diberikan kepada gereja. Sama, praktek TAMBAH dan KURANG firman Tuhan lagi. 

Persepuluhan itu adalah perintah dan ketetapan hukum Taurat KHUSUS untuk orang Israel. Hanya orang Israel saja yang pada waktu itu boleh melakukan persembahan persepuluhan sesuai hukum Taurat. Orang-orang non Israel (Gentiles) tidak boleh melakukannya. Nah, kita bukan orang Israel kok melakukannya? Bukankah ini pelanggaran yang ke lima?

Gembala sidang yang mengelola uang persepuluhan bukanlah keturunan Lewi. Ini bisa dibuktikan dengan tes DNA. Kok berani-beraninya ngaku-ngaku orang Lewi dan mengelola persepuluhan? Bukankah berdusta seperti ini jadi pelanggaran yang ke enam? 

Lalu, biasanya gembala sidang mengklaim bahwa sebagai “orang Lewi moderen” berhak atas uang persepuluhan itu. Bukankah ini tindakan pencurian milik orang lain (orang Lewi asli). Bukankah tindakan pencurian ini adalah pelanggaran ke tujuh. Dan masih ada lagi. Tapi kita cukupkan sampai 7 saja.
Melihat minimal ada tujuh pelanggaran atas firman Tuhan, maka tidaklah berlebihan kalau di awal dikatakan bahwa praktek persepuluhan dewasa ini banyak sekali yang melanggar firman Tuhan meski mungkin saja maksudnya baik. Maksudnya baik tapi kalau melanggar firman Tuhan bukankah tetap sebuah kesalahan/dosa? Anda tahu teman sekantor Anda korupsi, tapi ketika Anda diperiksa KPK (misalnya) Anda lalu kasihan dengan teman Anda ini lalu Anda berbohong dan bersaksi dusta karena bermaksud melindunginya. Maksud Anda baik tapi Anda berdosa. 

Jadi, jangan lah terlalu naif ketika melakukan sesuatu yang kelihatannya “rohani” dan “baik”. Lihat dulu, apakah sesuatu yang terlihat “rohani” dan “baik” itu justru tidak melanggar firman Tuhan. Saya tahu bahwa sebagai orang Kristen yang militan Anda terbeban dan ingin ikut ambil bagian dalam mempersembahkan dana Anda guna menunjang kegiatan pekabaran Injil. Itu sangat baik, terpuji dan mulia sekali. Tapi, lakukanlah yang benar tanpa melanggar firman Tuhan. Sayang kan, Anda bermaksud baik tapi caranya salah. Tuhan sudah memberikan cara memberi yang sesuai untuk umat Perjanjian Baru di 2 Korintus 9:7. Pakai itu! Salah besar jika orang menuduh kalau dengan berpatokan pada 2 Korintus 9:7 itu akan membuat orang jadi pelit. Orang kadang bisa memberikan jauh lebih besar dari 10% penghasilannya dengan berpatokan pada 2 korintus 9:7 itu, apalagi Anda yang sudah militan melakukan persepuluhan dengan hati tulus. JUST DO IT!  Sola Scriptura, Sola Gratia, Sola Fide! For God, For Country and For Better World!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar