Di dalam Perjanjian Baru, konsep indicative-imperative menjadi dasar dari kehidupan Kristen. Di dalam surat-surat Paulus, konsep indicative-imperative sangatlah kental. Secara singkat, indicative dan imperative adalah suatu verb mood yang akan memberi indikasi dari suatu kata kerja.
Indicative mood memberikan indikasi akan suatu fakta yang pasti yang biasanya merujuk kepada peristiwa masa lalu, dan sering digunakan untuk menerjemahkan aorist tense dari bahasa Yunani di dalam Perjanjian Baru.
Sedangkan imperative mood memberikan indikasi perintah (command). Di dalam Perjanjian Baru, terutama surat Paulus, konsep ini begitu jelas terlihat yaitu di mana hidup baru di dalam Kristus adalah pekerjaan Allah semata-mata (aspek indicative) dan manifestasi dari hidup di dalam Kristus pun dinyatakan dengan ketaatan manusia terhadap hukum-hukum Allah (aspek imperative)
Di dalam surat-surat Paulus, saat dia ingin mendorong gereja Tuhan, kedua verb mood ini muncul dalam perkataannya dan kedua verb mood ini saling berhubungan satu dengan yang lain. Aspek indicative adalah fondasi dari pelaksanaan aspek imperative, tetapi aspek indicative juga bergantung kepada aspek imperative dalam arti bahwa jika aspek imperative tidak dilaksanakan maka aspek indicative bukanlah sebuah realitas.
Di dalam Roma 6, di ayat 4-5 Paulus berkata bahwa setiap umat Tuhan sudah dipersatukan di dalam kematian dan kebangkitan Kristus (aspek indicative), yang berarti bahwa manusia lama kita di dalam Adam dan di dalam daging sudah mati disalibkan bersama Kristus di dalam kematian Tuhan kita dan melalui persatuan di dalam kebangkitan-Nya kita peroleh hidup baru. Lalu, Paulus berkata pula aspek imperative, berdasarkan fondasi dari persatuan dengan Kristus, “Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran. Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia” (Rm. 6:12-14).
Atas dasar bahwa hidup seorang Kristen adalah sebuah ciptaan baru dan ia sudah dikeluarkan dari dominasi dosa (indicative), maka dari itu seseorang yang di dalam Kristus sepatutnya hidup melayani Tuannya yang baru (imperative). Dahulu di dalam Adam kita “setia” di dalam keberdosaan karena kita adalah budak dosa, maka sekarang di dalam Kristus kita sepatutnya setia di dalam kekudusan karena kita adalah budak Kristus.
Berarti iman yang sejati bukanlah iman yang tertidur dan malas (indicative without imperative). Iman yang bersandar penuh kepada kesempurnaan pribadi dan pekerjaan Kristus adalah iman yang senantiasa aktif, militant, dan menyerahkan anggota-anggota tub
Tidak ada komentar:
Posting Komentar