Who Is The Capernaum

Jembrana - Bali, Bali, Indonesia
Beloved Husband And Dad For Three Uniq Kids

Senin, 24 Juli 2017

PERSEPULUHAN -- Bagian 3


PERSEPULUHAN ABRAHAM
Di zaman kuno, di semua agama-agama dan suku-suku ada kebiasaan mempersembahkan “sesuatu” kepada yang ilahi (dewa, illah-illah dan Tuhan) dengan motivasi tertentu, antara lain: menciptakan suatu hubungan di antara penyembah dan yang disembah, meminta berkat, menolak bala/malapetaka, sebagai rasa syukur/terima kasih. Salah satu contoh di zaman kuno adalah persembahan Kain dan Habel (Kejadian 4:3-4). Kebiasaan-kebiasaan kuno seperti itu ada juga yang masih dilakukan sampai sekarang.

Di tanah air, kebiasaan-kebiasaan itu bisa dilihat di Banten dalam bentuk Gebokan, dan di Bali dalam bentuk Canang Sari. Kebiasaan serupa juga ada di Ur-Kasdim, Mesopotamia kuno di zaman Abraham.

Persembahan persepuluhan pertama kali disebutkan di Kitab Kejadian ketika Abraham kembali dari peperangan dan bertemu dengan Melkisedek, seorang raja dan sekaligus imam Allah dari Salem:
“... dan terpujilah Allah Yang Mahatinggi, yang telah menyerahkan musuhmu ke tanganmu.” Lalu Abram memberikan kepadanya (Melkisedek) sepersepuluh dari semuanya (harta benda Sodom dan Gomora yang dirampas kembali oleh Abram dari musuh-musuhnya). (Kejadian 14:20)
Di sini kita lihat sebuah kendala utama, sebuah ajaran yang banyak mengaburkan pandangan banyak pihak. Dari peristiwa ini kemudian diajarkan bahwa:

a) Abraham mendahului Musa sekitar 400 tahun, jadi persepuluhan sudah ditetapkan dan dipraktekkan sebelum Hukum Musa dan oleh karena itu persepuluhan bukan lah bagian dari Hukum Musa.
b) Orang-orang Kristen tidak lagi berada di bawah Hukum Musa, tetapi tetap harus mengikuti contoh yang dilakukan Abraham dalam melakukan persembahan persepuluhan.

Ada dua kelemahan serius di dalam pendekatan ini. Pertama, mereka yang mengajarkan prinsip ini pada kenyataannya justru mengingkari/ tidak melakukan praktek-praktek lain yang dilakukan Abraham yang juga dilakukan jauh sebelum Hukum Musa. Sebagai contoh, praktek sunat: haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara Aku dan kamu. (Kejadian 17:11). Padahal ini adalah praktek Abraham yang paling penting sebagai bagian dari perjanjiannya dengan Allah (Kejadian 17:9-14), yang terjadi sebelum dan terpisah dari Hukum Musa. Di gereja mula-mula, beberapa orang Farisi jelas melakukan praktek sunat (Kisah Para Rasul 15:5) dan dengan tegas bersebrangan dengan Rasul Paulus (Galatia 5:1-12) yang menentang sunat. Begitu juga halnya dengan korban binatang. Abraham mempersembahkan korban binatang jauh sebelum dan terpisah dari Hukum Musa (Kejadian 12:8, 22:7). Apakah mereka yang mengajarkan persembahan persepuluhan mengharuskan kita juga memberikan persembahan korban binatang? Tentu saja tidak! Bagaimana pula dengan praktek Abraham lainnya seperti memelihara gundik (Kejadian 25:6)?

Jadi poin (a) di atas benar tapi poin (b) adalah salah. Di dalam enam puluh enam referensi di Perjanjian Baru tentang Abraham, SATU-SATUnya praktek Abraham yang kita diajarkan untuk tetap mengikutinya ialah: memiliki iman (antara lain, Roma 4:11 & 16, Galatia 3:6-10). Beberapa tokoh berargumen bahwa kita dapat melihat perlunya dan keharusan memberikan persembahan persepuluhan dari Ibrani 7:8 yang akan kita lihat nanti secara hati-hati dan mendetil saat membahas Perjanjian Baru. Tapi yang pasti, selain ayat itu tidak ada lagi ayat-ayat di dalam Perjanjian Baru yang berisikan perintah tentang persembahan persepuluhan berdasarkan praktek-praktek yang dilakukan Abraham ketimbang hal-hal sunat fisik, persembahan korban binatang atau memelihara gundik.

Kelemahan kedua dari pendekatan cara pandang atas contoh persembahan persepuluhan yang dilakukan oleh Abraham adalah fakta bahwa Kitab Kejadian tidak secara eksplisit memberitahu kita tentang kegunaan dari persembahan persepuluhan itu maupun frekwensinya. Sepanjang yang kita ketahui, Abraham hanya memberikan persembahan persepuluhan sekali seumur hidupnya dari hasil rampasan perang, dan Melkisedek memberkatinya atas kejadian itu. Di dalam Ibrani 7:1-8, di mana kita mendapatkan penjelasan rohaniah tentang pentingnya pertemuan itu, tidak disebutkan bahwa persepuluhan itu dilakukan sebagai aktifitas yang berulang-ulang. Justru yang dapat disimpulkan dengan jelas ialah bahwa persepuluhan Abraham itu hanya terjadi satu kali saja. Bersandarkan pada praktek persembahan persepuluhan Abraham, maka ini berarti kita cukup memberikan sepersepuluh dari pertambahan kekayaan kita SEKALI SAJA seumur hidup lalu stop; berhenti total dari mempersembahkan persepuluhan lagi.

Ada pun kegunaan dari persepuluhan Abraham ini Kitab Kejadian tidak memberitahu kita apa-apa secara eksplisit. Kita hanya dapat menyimpulkan bahwa itu adalah respon terhadap pelayanan Melkisedek sebagai imam ketika ia membawakan roti dan anggur untuk Abraham dan memberkatinya (Ibrani 7 menyatakan bahwa persembahan persepuluhan ini membuktikan bahwa keimaman Melkisedek lebih tinggi dari anak Abraham nantinya, suku Lewi). Akan tetapi, sekarang orang-orang Kristen yang percaya pada Yesus adalah “imamat yang rajani” (1 Petrus 2:9), yang menjadi tubuh Kristus yang selama-lamanya adalah Imam menurut peraturan Melkisedek (Ibrani 5:6). Oleh karena itu, setiap orang Kristen juga harus MENERIMA persembahan persepuluhan. Mereka yang mengajarkan bahwa kita harus mengikuti praktek persembahan persepuluhan Abraham pastinya juga harus menjelaskan mengapa kita semua tidak mengikuti contoh yang dilakukan Melkisedek dalam hal menerima persembahan persepuluhan.

Ada juga yang mengatakan bahwa sebenarnya Abraham mempersembahkan “hasil pertama” (hulu hasil/buah sulung), yang mana nanti akan kita lihat selalu diberikan kepada imam, dan memilih sepersepuluh dari pertambahan kekayaannya untuk menunjukkan terima kasihnya kepada Tuhan. Sayangnya, ini hanya membuat masalah persepuluhan menjadi lebih ruwet. Di bawah Hukum Musa, di mana kita diberikan penjelasan mengenai hal-hal ini, persembahan “hasil pertama” dan persembahan persepuluhan adalah dua hal yang berbeda. Persembahan-persembahan itu diberikan oleh kelompok orang berbeda kepada kelompok orang berbeda dan untuk tujuan yang berbeda.
Fakta lain menunjukkan bahwa persembahan seperti itu juga merupakan sebuah bentuk persembahan kuno yang umum dilakukan pada zaman Abraham di Ur-Kasdim, Mesopotamia kuno. Kemudian fakta yang tidak pernah diungkap adalah Abraham harus terlibat dalam peperangan karena Lot ikut ditawan oleh Kedorlaomer, raja Elam dan kawanannya yang menaklukkan dan merampas seluruh harta Sodom dan Gomora, termasuk harta Lot. Kalau saja Lot tidak ikut ditawan, maka kemungkinan besar Abraham tidak akan berperang untuk membebaskan Lot dan merampas kembali harta Sodom dan Gomora serta harta Lot. Dan, kalau tidak ada peperangan itu, tentunya Abraham tidak mempersembahkan sepersepuluh dari hasil rampasan perangnya kepada Melkisedek, seperti halnya tidak pernah ditemukan bukti bahwa Abraham pernah mempersembahkan persepuluhan sebelumnya. Pertemuannya dengan Melkisedek juga tidak direncanakannya. Sekembalinya dari medan perang mengalahkan Kedorlaomer dan kawanannya, Abraham disongsong oleh raja Sodom ke lembah Syawe, yakni Lembah Raja. Di situ pula ia bertemu Melkisedek, raja Salem, seorang imam Allah Yang Mahatinggi yang memberkati dia.
Satu hal yang tidak pernah disinggung oleh mereka yang menekankan perlunya persembahan persepuluhan dengan mencontoh Abraham adalah fakta bahwa Abraham sebenarnya mengembalikan SELURUH rampasan perang itu: 10 persen kepada Melkisedek, raja Salem, dan sisanya, 90 persen, kepada raja Sodom padahal raja Sodom hanya meminta orang-orangnya saja yang berhasil dibebaskan oleh Abraham dari tawanan Kedorlaomer, raja Elam:
Berkatalah raja Sodom itu kepada Abram: “Berikanlah kepadaku orang-orang itu, dan ambillah untukmu harta benda itu.” Tetapi kata Abram kepada raja negeri Sodom itu: “Aku bersumpah demi TUHAN, Allah Yang Mahatinggi, Pencipta langit dan bumi: Aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, supaya engkau jangan dapat berkata: Aku telah membuat Abram menjadi kaya (Kejadian 14:21-23)

Ini secara gamblang menjelaskan bahwa Abraham yang memang sudah kaya tidak membutuhkan hasil rampasan perang yang dia dapatkan. Tidak sepotong benang atau tali kasut pun yang diambil Abraham meski ia berhak atas itu. SEMUAnya ia kembalikan. Jelas Abraham tidak menganggap harta rampasan perang itu sebagai hak miliknya. Kalau lah Abraham ingin mempersembahan persepuluhan, bukankah itu seharusnya dari harta benda pribadinya? Tetapi kita tidak menemukan contoh Abraham memberikan persembahan persepuluhannya dari harta benda pribadinya. Kalau pun pemberian Abraham kepada Melkisedek, raja Salem, sebesar 10 persen dari rampasan perang mau dianggap sebagai persepuluhan, bagaimana dengan pemberian Abraham sebesar 90 persen kepada raja Sodom? Abraham mengembalikan 100 persen. Jika Anda mau mengikuti cara Abraham dalam memberi, maka berikanlah 100 persen, bukan hanya 10 persen.

Mengartikan, menginterpretasikan dan memahami praktek persembahan persepuluhan Abraham itu akan banyak mengundang perbedaan pandangan serta perdebatan. Untuk itu, mari kita tinggalkan persembahan persepuluhan Abraham yang bisa juga diartikan sebagai persembahan “hasil pertama”nya atau persembahan kunonya atau pengembalian rampasan perangnya untuk sejenak dan mari melihat apa yang diajarkan oleh ayat-ayat Alkitab lainnya di bahasan bagian ke 6 yang menjelaskan persembahan persepuluhan secara lebih gamblang dan jelas. Sebelum itu pada bagian ke 5 kita akan lihat Persepuluhan Yakub terlebih dahulu.
Tuhan Yesus Memberkati!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar