Dikasihi Sang Khalik. Di dalam ketidakberdayaan manusia ada sesuatu yang bernilai yaitu jiwa - tempat kasihNya terpaut abadi. Tapi manakala jiwa menolak keterpautan yang menghadirkan ketentuan perintah dari Tempat Maha Tinggi buat dilakukan – anda boleh percaya atau tidak tentang tangisan pedihNya, sebab satu jiwa telah terhilang. Dan saya mau katakan saat ini Sang Khalik menangisi Jihadi John yang juga untuk sementara telah memenggal sekian banyak kepala dari yang tidak dikenal jati dirinya hingga James Foley, Steven Sotloff, David Haines, Alan Henning, Peter Kassig, Haruna Yukawa, dan terakhir Kenji Goto.
Ada sebuah pertanyaan model seperti apakah manusia yang bernama Jihadi John beraksen bahasa Inggris kental kota London ini ? Jika kita bicara kosa kata model secara sederhana menyangkut paras yang secara visual mengidentifikasikan dan membedakan satu manusia dengan manusia lainnya. Tapi karena ia selalu menyembunyikan parasnya maka Jihadi John telah menahbiskan dirinya sebagai sosok yang serba paradoksal. Di satu sisi ia menjadi pahlawan bagi kelompoknya, di satu sisi ia menjadi buronan nomor satu.
Saya tidak mau berpolemik soal-soal politik. Saya hanya membayangkan sepetak tanah gurun kering kekuningan dibasahi warna merah kental darah dari setiap kepala yang dipenggal. Sebuah kehidupan telah dirampas yang adalah sejatinya milik Sang Khalik. Saya paham seorang Jihadi John tentu tetap manusia berpribadi tapi ia memilih untuk menafikan hari-hari penuh kepedihan dan kelam yang ditanggung pihak keluarga serta kerabat ketika satu kepala telah dipenggal. Maka dari satu penggalan kepala akan memimpin pada penggalan-penggalan berikutnya. Bukankah begitu sebuah kalimat bijak menyatakan : dari satu dosa memimpin kepada banyak dosa yang lain.
Pertemuan yang berujung pada dua hal penerimaan atau penolakan yang datang dari jiwa kita sendiri, sebab pada hakekatnya Sang Khalik tidak pernah menolak. Maka pada pagi hari ini, ketika dunia mengetahui Kenji Goto telah dipenggal Jihadi John - sejujurnya saya amat antusias untuk kelak mengetahui apakah jiwa Jihadi John sungguh menolakNya. Sebab di seberang sana ada pelbagai jawaban tersedia bagi kita semua ; kita yang adalah para butiran bawang merah yang tidak ada apa-apanya dan bukan siapa-siapa. Hanya Sang Khalik yang membuat kita bernilai, bahkan amat sangat sungguh bernilai sehingga rela mengutus dan mengorbankan PuteraNya yang dikasihi. Dan itulah namanya (serta makna) : Penebusan
Ada sebuah pertanyaan model seperti apakah manusia yang bernama Jihadi John beraksen bahasa Inggris kental kota London ini ? Jika kita bicara kosa kata model secara sederhana menyangkut paras yang secara visual mengidentifikasikan dan membedakan satu manusia dengan manusia lainnya. Tapi karena ia selalu menyembunyikan parasnya maka Jihadi John telah menahbiskan dirinya sebagai sosok yang serba paradoksal. Di satu sisi ia menjadi pahlawan bagi kelompoknya, di satu sisi ia menjadi buronan nomor satu.
Saya tidak mau berpolemik soal-soal politik. Saya hanya membayangkan sepetak tanah gurun kering kekuningan dibasahi warna merah kental darah dari setiap kepala yang dipenggal. Sebuah kehidupan telah dirampas yang adalah sejatinya milik Sang Khalik. Saya paham seorang Jihadi John tentu tetap manusia berpribadi tapi ia memilih untuk menafikan hari-hari penuh kepedihan dan kelam yang ditanggung pihak keluarga serta kerabat ketika satu kepala telah dipenggal. Maka dari satu penggalan kepala akan memimpin pada penggalan-penggalan berikutnya. Bukankah begitu sebuah kalimat bijak menyatakan : dari satu dosa memimpin kepada banyak dosa yang lain.
Pertemuan yang berujung pada dua hal penerimaan atau penolakan yang datang dari jiwa kita sendiri, sebab pada hakekatnya Sang Khalik tidak pernah menolak. Maka pada pagi hari ini, ketika dunia mengetahui Kenji Goto telah dipenggal Jihadi John - sejujurnya saya amat antusias untuk kelak mengetahui apakah jiwa Jihadi John sungguh menolakNya. Sebab di seberang sana ada pelbagai jawaban tersedia bagi kita semua ; kita yang adalah para butiran bawang merah yang tidak ada apa-apanya dan bukan siapa-siapa. Hanya Sang Khalik yang membuat kita bernilai, bahkan amat sangat sungguh bernilai sehingga rela mengutus dan mengorbankan PuteraNya yang dikasihi. Dan itulah namanya (serta makna) : Penebusan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar